Setelah melihat perkembangan Panti Asuhan yang diberi nama PADarul Aitam NW Pancor yang begitu pesat, maka pada tanggal 24 September 1966 Bupati Lombok Timur yang saat itu di jabat oleh  H. Lalu Muslihin menyerahkan sebidang tanahyang berlokasi di Jalan Pahlawan Pancor Selong Lombok Timur. Luas tanah tersebut sekitar satu hektar. Pada tahun 1967 oleh pendiri NWDI, NBDI al-Magfurullah Maulana Syaikh TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Majid memulaikan Pembangunan Gedung Asrama Panti dengan jumlah pertama atau saat dirintis hanya tiga lokal.
Kini Panti tersebut berkembang pesat. Seiring kepedulian para penerusnya yang istiqomh berjuang memelihara generasi yang membutuhkan pendidikan walau dengan kemampuan terbatas. Pikiran Laju terus mengembara. Mengingat nasibnya yang kini bingung dengan orangtuanya. Keberadaannya di Panti asuhan itu membuat cintanya terhadap perjuangan, Â tumbuh perlahan. Terutama perjuangan NahdlatulWhatan.
Disela-sela itu, muncul pula rayuan putus asa. Mau berjuang seperti apa ditengah keapatisan yang kian mengikis iman dan taqwa para hamba yang sombong. Antih sang Khaddam yang diutus mendampingi, kasian terhadapnya,hingga Antih pun ingin membisikkan mimpi indah untuknya yang susah tidur di malam itu. Â Waktu sudah menunjukkan pukul 02. 15 dini hari. Laju belum juga tertidur. Hingga pada menit ke 20, Ia mulai terlelap. Dalam lelapnya tidur, Laju bermimpi menyanyikan sebuah lagu tentang perjuangan.
Jarak satu jam kemudian, beberapa Santri terbangun untuk mendirikan shalat malam. Begitupun dengan Husnul. Sahabat baru Laju, perantara yang dititipkan Allah SWT untuknya di malam itu. Laju juga terpaksa menghentikan mimpi indahnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H