Ingin rasanya Ia masuk bergabung disana, berteriak melepas galau merindukan Ayah, melagukan yang terbaik untukmu, namun keinginannya terhalang dengan prasangka siapapun yang melihatnya. Apalagi malam itu, seharusnya perempuan sepertinya bukan di jalanan. Keinginannya dipendam, padahal sejak Program Studi terbaru pra STKIP Hamzanwadi menjadi Universitas Hamzanwadi terbentuk, Laju sudah menanam asa untuk melanjutkan studinya disana. Namun kembali Ia mengubur mimpi. Untuk menyelesaikan sekolahnya saja, Laju dalam bimbang., siapa yang akan membiayai?
“Ya Allah, jangan biarkan cita-citaku kandas.”doanya.
Antih yang sudah merasakan Laju mulai berfikir putus asa kemudian segera memasuki relung asanya. Bahwa Allah bersamanya. Dibalik ujian pasti ada hikmahnya. Masalah hanyalah proses pendewasaan diri. Selama mampu menjaga diri dan lima waktu, galau segalau-galaunya akan sirna. Antih kemudian menyadarkan Laju, kemana seharusnya malam itu. Antih penghuni alam ghaib, memulai dengan bisikan terkait cita-citanya yang ingin masuk ke Universitas Hamzanwadi, menjadi Mahasiswa pertama.
Karena diyakininya, ikhtiar tokoh penerus, pengurus Yayasan, dosen, para murid, abituren, pencinta dan masyarakat guna melanjutkan cita-cita Maulana Syaihk yang disebutnya sebagai pahlawan Indonesia, menuju universitas akan selesai di tahun itu. Terasa semakin membangun rasa bangga untuk Pancor khususnya dan Lombok Timur umumnya sebagai daerah kelahirannya.
“Ya, Allah, dimana Aku tidur malam ini.”gumannya kembali.
Tersadar bahwa pakainnya tak layak disebut Santri, dengan sangka orang-orang yang melihatnya pasti curiga, Laju kemudian berhenti. Inisiatifnya muncul untuk ke mushalla al-Abror.
“Siapa tau disana ada mukena.”pikirnya.
Tiba disana, Laju mendengar indahnya surat Yasin dari makam pendiri Nahdlatul Whatan. Laju kemudian mengintip, mendengarkan dan meresapi indahnya kalimat suci itu sedalam-dalamnya. Sampai pada “Innama Amruhu Iza…..” Laju tersadar tapi khawatir pihaknya dimarahi. Laju berlari. Suara kakinya di dengar oleh salah satu santri. Santri itupun mengejarnya dan akhirnya Laju berhenti.
“Maaf mbak, mengapa mbak berlari,”tanya Santri itu.
“Enggih, Saya malu,”jawab Laju.
“Kenapa malu?. Oya sepertinya Saya pernah melihat mba’. Sidekan perwakilan OSIS yang sering diutus untuk kegiatan sekolahnya kan?. Kok malam-malam gini disini?.