Mohon tunggu...
N. Setia Pertiwi
N. Setia Pertiwi Mohon Tunggu... Seniman - Avonturir

Gelandangan virtual

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Artikel Utama

"Plot Twist", Racikan Rahasia yang Memperkuat Rasa Cerita

12 Oktober 2018   10:00 Diperbarui: 12 Oktober 2018   14:48 4167
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kapan terakhir kali kamu benar-benar terpikat pada suatu cerita?

***

Kita sama-sama tidak menyangkal, kisah yang tumpah ruah, menjadi konsekuensi di era bit-bit digital. Rentetan informasi yang hilir mudik, membuat cara kerja sinapsis otak kita berevolusi ke arah yang lebih instan. Meresapi dan memaknai, menjadi dua hal yang kita rindukan.

Maka, untuk memiliki jeda, dunia membutuhkan karya-karya fiksi. Cerita pendek, novel, atau puisi. 

Proses merangkai kata-kata dapat mengirim kita ke ruang tenang. Eskapisme yang hening, namun riuh oleh letupan pikiran. Membumbung tinggi bersama imajinasi, nalar, hingga kebijaksanaan.

Nah, agar memberi kesan mendalam, sebuah kisah memerlukan rasa yang kuat, dengan racikan yang tepat. Orang-orang merasa lekat pada karya yang mewakili kegelisahan atau yang lebih menantang, menciptakan kegelisahan baru.

Karena seperti hidup, cerita yang menakjubkan terdiri dari kejutan dan tikungan-tikungan tajam.

Kita sebut saja, plot twist.

Istilah tersebut merujuk pada perubahan alur yang cukup signifikan dalam cerita. Hal-hal tidak terduga yang menciptakan momen keterkejutan. Rancangan semacam ini, dapat kita temukan dalam cerpen, novel, film, komik, hingga video game.

Ada kalanya, seorang penulis meracik plot twist untuk bersenang-senang, membangun ketertarikan, rasa penasaran, atau sergapan pertanyaan. Namun, lebih dari itu, konstruksi plot twist juga disajikan demi menghargai intelektualitas pembaca.

Pasalnya, alur cerita yang penuh dinamika ini kerap menguji logika kita. Plot twist dapat hadir secara mendadak, terbongkar perlahan, atau tersamar oleh tipuan-tipuan. Untuk dapat memahaminya, kita wajib peka terhadap detail dan tokoh-tokoh yang hadir sejak awal cerita.

Sebagai gambaran, berikut ini jenis-jenis plot twist yang sering kita temukan:

1. Unreliable narrator: manipulasi cerita berasal dari narator yang memberi informasi menyesatkan kepada pembaca.

Contohnya, pada novel Shutter Island (Martin Scorsese), novel Lolita (Vladimir Nabokov), film Who Am I - Kein System ist sicher (2014), atau cerpen Badut yang Menangis di Bawah Hujan.

2. Chekhov's gun: berupa objek atau karakter yang menjadi "kunci", namun pembaca tidak mengetahui fungsinya dalam cerita, sampai tiba waktu yang signifikan.

Kita dapat menemukan Chekhov's gun berwujud  palu dalam film Shawsank Redemption (1994), The Greys dalam film animasi Escape from Planet Earth (2013), atau dinamika horcrux dalam novel Harry Potter (J.K Rowling).

3. Anagnorisis: serangkaian pengungkapan, atau penemuan yang memengaruhi plot, sehingga memicu tindakan dari karakter.

Seperti dalam novel Gone Girl (Gillian Flynn), cerpen Capcaisin, atau cerpen Daun Bawang dan Cinta yang Kurang Akal.

4. Peripeteia: adanya kejadian tidak terduga, sehingga membalik situasi yang dialami karakter, ke arah baik atau buruk. Dapat terjadi setelah anagnorisis.

Sebagai contoh yang populer, ada film The Sixth Sense (1999) dan Romeo and Julia (William Shakespeare).

5. Deus ex machina: ditandai dengan kemunculan karakter, momen, alat, atau kemampuan menyelesaikan masalah dengan cara tak disangka-sangka, di luar logika cerita.

Misalnya, The Wizard of Oz (L. Frank Baum) atau The Maze Runner (James Dashner).

6. Red herring: cerita terbangun di atas petunjuk atau gagasan tersangka yang salah.

Kamu dapat puas menyaksikannya dalam film Now You See Me (2013) atau novel Harry Potter and the Sorcerer's Stone (J.K. Rowling).

7. Eucatastrophe: tokoh berada dalam momen yang semakin buruk, membuatnya di ujung tanduk, namun terdapat perubahan situasi yang menyelamatkan.

Kita dapat merasakan momen ini pada akhir cerita The Snow Queen (Hans Christian Andersen) dan film The Game (1997).

8. Decoy/False Protagonist: tokoh yang kita anggap sebagai protagonis, justru menipu dan membuat perangkap.

Sebut saja, penyelesaian kasus pada film The Usual Suspect (1995) dan beberapa tokoh dalam serial Supernova (Dewi Lestari).

9. Flashback

Dapat berwujud reverse chronology, berupa alur penceritaan mundur untuk menyelesaikan awal cerita yang menjadi masalah, seperti film Butterfly Effect (2004).

Selain itu, flashback dapat pula berupa nonlinear narrative, dengan alur bolak-balik yang mengungkap misteri, seperti film Memento (2001), dan rangkaian cerita Tenggelam di Langit.

Teknik lainnya berbentuk in medias res, ketika adegan klimaks disajikan pada awal cerita, lalu menggunakan alur mundur untuk mengetahui kronologi yang membuat tokoh terlibat konflik, seperti The Oddysey (Homer) atau The Divine Comedy (Dante Alighieri).

10. Poetic justice: teknik yang sering dianggap klise, ketika pada akhirnya penjahat akan kalah, dan pahlawan yang akan menang. Kendati demikian, kekuatan cerita ada pada proses menuju penyelesaiannya. Kita dapat membacanya pada berbagai dongeng anak-anak.

***

Terlepas dari dosis dan jenisnya, bagi saya plot twist seperti MSG dalam makanan. Dapat membuat kita candu dan terus menginginkan tipuan, lagi dan lagi. Semakin ditaburkan, rasa cerita akan semakin kuat dan memberi kesan mendalam di benak pembaca.

Namun, kamu tidak perlu pusing melihat perbedaannya. Berbagai jenis plot twist yang telah disebutkan hanya sebagai referensi.

Lagipula, biasanya dalam satu cerita, penulis dapat menggabungkan dua, tiga, hingga sepuluh macam plot twist sekaligus.

Contoh yang paling populer, kamu dapat menikmati taburan plot twist dalam serial Harry Potter (J.K. Rowling) dan Supernova (Dewi Lestari). Atau, jika kamu suka mencari ide cerita dari film, kamu bisa menonton karya-karya dari spesialis plot twist, Christoper Nolan dan M. Night Shyamalan.

Yang terpenting, ketika mengetik suatu cerita, kamu tidak lupa untuk menyimpannya. Jangan sampai, kisah kamu menemui plot twist yang tragis, karena terhapus sebelum sempat kamu bagikan.

Selamat berkarya, Fiksianers!

***

NS Pertiwi

Cimahi, 11 Oktober 2018

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun