Lahan seluas satu hektar ini menjadi kuncinya.
Ratusan cabai telah dipanen, Cakra tumbuk sendiri sedari dini hari. Ketika panas capcaisin menusuk lidah dan perutnya, Cakra merasakan sergapan hawa tubuh Aura. Ya, raga perempuan yang lambat laun terurai di bawah rimbunnya belukar cabai merah.
Pada setiap kunyahan, kerling Aura hadir, membanjiri Cakra dengan endorfin yang memabukkan. Sel-sel Aura seolah menyatu dengan dirinya.
Dengan beringas, ratusan cabai itu ia lahap tanpa nasi putih, tempe, tahu, atau lalapan. Pada cabai ke-512, sesuai tanggal lahir Aura, tubuh Cakra memanas, semakin panas, memuncak, lalu perlahan menghangat.
Di alam dendam yang mencekam, bayangan Aura mendekapnya erat-erat.
Asmara mereka telah usai, tanpa pernah dimulai.
***
Cimahi, 30 September 2018
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H