"Oh ya? Penasaran apa?"
"Peserta yang namanya Jay. Dia kenapa sih? Sering pergi sendiri, sekarang malah pergi duluan. Memangnya kalian tidak khawatir dia kesasar?" tanyaku. Rasa penasaran terhadap Jay sudah terlampau lapar untuk mendapat jawaban.
Ketua rombongan tidak langsung menjawab. Ia berpikir sejenak, seraya menatap daun-daun gugur yang terpijak kaki kami. Senyumnya masih terpasang.
"Dia bukan peserta open trip. Jay teman kampus saya. Gunung di sekitar Kota Karagan sudah seperti rumah bagi dia. Makanya kami ajak, sekalian jadi penasihat kalau ada masalah."
Aku mengangkat alis. "Dia kuncen gunung?
Ketua rombongan tertawa. "Bukan sih, tapi bisa dibilang begitu. Dia hafal seluk beluk labirin di gunung ini. Dia berkali-kali ke Gunung Parung sejak ..."
Kalimat itu terputus, menggangguku. "Sejak apa?"
"Lebih baik kamu tanya Jay langsung. Saya merasa tidak berhak menceritakan.
Aku mengangguk. Pasrah. Untuk kesekian kalinya, dirasuki lebih banyak tanda tanya.
***
Pos lima.