Mohon tunggu...
Novi Setiany
Novi Setiany Mohon Tunggu... Administrasi - Pembelajar

Kehidupan adalah universitas tempat menimba ilmu

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Cerpen | Bab Satu

20 April 2019   21:28 Diperbarui: 20 April 2019   21:35 88
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Riana mengucek matanya yang mulai memerah. Sudah pukul 03.00 subuh, tapi jari-jarinya masih fokus berkutik dengan huruf-huruf di keyboard. Sore itu, selepas pulang sekolah ide-ide bermunculan di kepalanya. Tidak peduli dengan waktu, cerita ini harus segera rampung sebelum ide itu hilang lagi.

Dia menarik nafas sejenak. Membuka handphone yang sedari kemarin ditelantarkannya. Terlihat beberapa panggilan tidak terjawab disertai pesan masuk menghiasi layar hape-nya. Riana memang sengaja meng-silentkan hape-nya agar tidak ada yang mengganggunya saat menulis, termasuk lelaki yang saat ini membuatnya patah hati.

Kamu gak bisa kayak gini, Daniel. Mengambil keputusan seenaknya. Ayo, siang nanti kita bicarakan baik-baik. Aku gak bisa terima kamu putusin gitu aja tanpa aku tau salahku apa?!

Riana memencet tombol send. Ingin rasanya dia nelpon balik lelaki itu. Tapi percuma, hal itu hanya akan menggangu Daniel yang sedang tidur lelap. Dilemparnya handphone tadi. Sekarang ide-ide di otaknya sudah buyar karena Daniel. Matanya yang merah, kini mulai meremang. Diraihnya kembali benda kotak panjang berwarna merah itu.

Daniel, aku sayang kamu. Aku gak mau kita putus!

Dia mengirimkan sms lagi kepada Daniel, meskipun Riana sendiri tau kalau Daniel tidak mungkin langsung membaca pesannya. Diam sejenak, kemudian dia menutup layar laptop dan merebahkan diri di kasur. Kesekian kalinya Riana dibuat nangis oleh lelaki itu. Hatinya sekarang kalut. Hanya ada satu cara untuk mereda kesedihannya, Leo. Ya, cuma Leo yang mampu menghibur dirinya.

Riana memijit beberapa angka di tuts hape-nya. Dia sudah hafal nomor telpon sahabatnya itu. Sudah tersambung. Tak lama kemudian, dari balik telpon genggamnya terdengar suara parau seorang lelaki.

"Ada apa, Ri?"

"Gue ganggu lo, nggak?" tanya Riana

"Ganggu banget. Ada apa? Lo belum tidur?" Suara paraunya berubah agak tegas.

"Ya udah, enggak apa-apa. Selamat tidur kembali aja."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun