Aku dan Mariatni  saling jatuh cinta dan melangsungkan pernikahan pada tanggal 2 Juli 1950. Kami berbulan madu di Belanda, dan sekaligus kesana untuk menjalankan tugasku sebagai Atase Militer RI. Melalui pernikahan ini aku dikarunai 5 anak, yaitu Bob Haryanto, Haryanti Mirya, Rianto Nurhadi, Adri Prambanto, dan Endah Marina.
Suatu hari, aku sedang menyiram bunga anggrek di pekarangan rumahku. Lalu, Bob si sulung mendatangiku.
"Pak, bagaimana sih bentuk senjata itu?" tanya anakku tiba-tiba.
Aku sedikit terkejut mendengar pertanyaannya. "Memangnya kenapa kamu tiba-tiba menanyakan hal itu?"
"Ya penasaran saja. Kata temanku bentuknya bagus, aku juga mau lihat. Kenapa bapak tidak pernah membawa senjata itu ke rumah?" tanyanya lagi.
Aku tertawa. "Ya memang bagus. Tapi karena bentuknya bagus, bapak tidak mau bawa ke rumah. Bagaimana kalau senjata itu dimainkan adik-adikmu? Kan bahaya," jawabku.
"Memang seberbahaya apa, Pak?"
"Kalau salah digunakan bisa menyakiti kamu dan adikmu, bahkan bisa menyakiti ibu dan bapak. Kamu tidak mau kan hal itu terjadi?"
Bob segera menggeleng.
"Maka dari itu bapak tidak mau bawa senjata itu pulang"
Mendengar itu, Bob yang tadinya menggeleng langsung mengangguk paham. Ia segera kembali ke dalam rumah.