Menarik kios lain dengan nama Sabdo Palon. Hehe duo Sabdo Palon dan Naya Genggong. Sabdo Palon memiliki karakter mirip Semar. Pamomong pimpinan dan pengayom rakyat.
Aha meski hanya petikan dua nama Puntodewo dan Sabdo Palon, kiranya ini juga jiwa dari keberadaan kios jamu. Menjadi pamomong dan pengayom besehatan bersama. Mitra pemangku kepentingan dan pelindung kesehatan yang saling mengisi. Berakar dari budaya lokal.
Aneka dagangan material jamu yang dijual. Bahan baku berupa empon-empon (rimpang) semisal Kunyit, Jahe, Kencur, Temu Lawak dll. Kebanyakan berupa bahan segar. Sebagian wujud simplisia, irisan tipis empon-empon yang sudah dikeringkan sehingga lebih awet.
Ini sebagian bahan baku jamu. Searah jarum jam dari kiri atas adalah Kayu Manis, Kunyit, mengintip dibawahnya adalah Kencur. Berwujud bulat adalah biji Kecipir. Lanjut serutan Kayu Secang yang sering digunakan juga dalam wedang uwuh pun bir pletok Betawi.
Melihat Batangan Kayu manis sebagai material jamu cukup familier. Karena juga lazim untuk bumbu masakan pun kue. Penasaran dengan potongan kayu kotak, mohon informasi dari penjualnya. Ooh ini yang disebut Pasak Bumi yang kawentar dari Kalimantan.
Tidak hanya berupa bahan baku. Pembeli juga dapat meminta jamu racikan. Penjual akan meramukan sejumlah bahan jamu, konsumen tinggal merebusnya di rumah. Lah teringat masa kecil, ibu bapak memiliki kendhil wadah khusus dari tembikar untuk merebus jamu dengan aroma yang khas.
Bagi pembeli yang menghendaki produk praktis, tersedia kemasan siap seduh. Jamu batuk, untuk pengelola kolesterol, penambah stamina dll. Racikan pendamping jamu produk dari pabrikan besar.
Transaksi partai besar antar pedagang dari Pasar Jamu Nguter kepada pedagang antar kota bahkan antar pulau. Baik secara langsung ataupun kirim barang. Nilai perputaran uang yang menyangga pendapatan asli daerah (PAD) Sukoharjo.
Jamu warisan budaya takbenda tingkat UNESCO