Bagi penggemar cerita silat Nagasasra Sabukinten karya SH Mintardja pasti langsung senyum dikulum. Yup tokoh Mahesa Djenar sang empunya ajian sasrabirawa. Semoga kekuatan ajian sasrabirawa juga melekat pada KR Indrakila. Mengelola luapan panas bumi dengan fungsi paru-paru kota.
Gerbang Pasingsingan. Ikon KR Indrakila. Gerbang ini sudah mencolok penglihatan sejak dari jembatan merah penyeberangan. Semakin memesona menikmatinya dari dekat.
Sekilas teringat Chiang Khai-Sek Memorial di Taipei yang hanya sempat dinikmati dari jendela bus. Eh malah menemukan di KR Indrakila. Pasingsingan adalah tokoh nyalawadi (rahasia/misterius) dan teka-teki pada cersil Nagasasra Sabukinten. Nama lainnya adalah Umbaran.
Berkat kejelian dan kecerdasan Mahesa Djenar, terkuak sosok Pasingsingan adalah Panembahan Ismaya dari Padepokan Karang Tumaritis. Limbuk sederhananya mengenali beliau adalah Ki Semar. Panakawan para Pandawa.
Weladalah ternyata gerbang ini sebagai pengikat alias benang merah jejak pewayangan dan cerita silat. Panembahan Ismaya alias Ki Semar simbol kearifan lokal. Semoga kesatuan simbol ini mengejawantah dalam fungsi KR Indrakila.
Sisi Ekologi Artistik
Penataan KR Indrakila mencerminkan perencanaan yang artistik ekologia. Ketersediaan kran air hujan belum sempat Limbuk coba karena terburu waktu. Hanya sempat foto saja. Hasil dari kegiatan di E house yang memproses air hujan menjadi siap minum.
Masih banyak sisi ekologi yang tersedia seperti rumah anggrek, rumah kaktus pun rumah kompos. Ada pojok energi baru dan terbarukan. Bila waktu dan tenaga longgar masih ada sajian air terjun maupun embung alit.