Setiap jengkal dan ceruk bumi Nusantara menyuguhkan keelokan. Ini salah satunya. Manado Tua, pesona magis Bumi Nyiur Melambai.
Manado Tua di Batas Senja
Penerbangan siang lumayan panjang dari Jawa Tengah ke Manado transit di Surabaya cukup melelahkan. Tetiba terkesiap oleh panorama cakrawala jelang petang. Kanvas langit menyuguhkan paduan warna keemasan. Menyembul gundukan dari samudera.
Mengumpulkan ingatan, inilah Manado Tua. Gagah mengapung di Teluk Manado. Menyeret memori impian seorang bocah saat ibu guru SD menjelaskan Bumi Nyiur Melambai. Mata nyalang merekam pandang sosok Manado Tua hingga tak lagi kelihatan.
Mengulang kembali senja berikutnya. Rela mencakung di tepian pantai. Kota Manado berada di sisi Barat langsung berhadapan dengan laut. Memanjakan para penggemar senja menikmati lukisan alam saat mentari turun ke peraduan.
Perubahan pendar warna langit senja dari jingga keemasan, lembayung hingga membiru. Setiap ulasan warna memberikan dinamika bingkai Manado Tua. Semakin membiaskan pesona magisnya.
Potensi alam yang digarap dengan apik oleh aneka pelaku industri pariwisata. Baik sisi akomodasi maupun penyedia kuliner dengan tumpuan panorama laut dan senja. Pun sosok Manado Tua yang memesona.
Manado Tua di Pagi Sunyi
Rekaman Manado Tua di batas senja mengulik penasaran bagaimana tampilannya di pagi sunyi. Mentari belum tampil penuh di ufuk Timur. Ini tampilan Manado Tua berpenanda waktu pengambilan 05.44.31.
Alamak tampil teduh membiru. Menyatukan laut biru cakrawala dan angkasa biru lembut. Bias keemasan tersaput pada awan yang tampil memburai membingkai Manado Tua. Seolah menyeru, aku Manado Tua setia menjaga bumi Nyiur Melambai bagian Nusantara.
Tiada jemu menatap Manado Tua di kanvas biru. Namun aktivitas lain memanggil tak hendak menunggu. Semangat berbekal bentang lansekap Manado Tua yang memukau.
Menghampiri Manado Tua
Bermimpilah maka semesta akan mendukungmu. Demikian pesan tetua dan guru diseru. Olala mendapat kesempatan menghampiri Manado Tua. Bersyukur meski baru sebatas menghampiri.
Pengunjung Bumi Nyiur Melambai pastinya lekat dengan destinasi Bunaken. Salah satu pulau di sisi Barat Manado bersebelahan dengan Manado Tua. Nah serasa menghampiri Manado Tua melalui nikmat Bunaken.
Bertolak dari Marina kami menuju Bunaken. Sepanjang perjalanan serasa Manado Tua menjadi pandu kami. Tepat di hadapan. Posisi Bunaken berada di sebelah kanan laju pemberangkatan.
Pulau Bunaken ini merupakan bagian dari Taman Laut Nasional Bunaken yang meliputi Pulau Naen yang paling jauh, pulau Mantehage, Pulau Siladen, Pulau Bunaken dan Pulau Manado Tua (Manarauw) yang sangat ikonik Bumi Nyiur Melambai. Kapal cepat berkapasitas sekitar 20 penumpang membawa kami.
Bunaken merupakan surga bagi para penikmat bawah laut dengan kegiatan snorkeling maupun diving.
Taman laut ini memiliki 20 titik penyelaman dengan variasi kedalaman untuk menikmati keelokan biodiversitas/keragaman flora fauna bawah laut. Konon, terumbu karangnya paling indah.
Upaya pengajuan Taman Laut Nasional Bunaken sebagai situs warisan dunia versi UNESCO mensyaratkan upaya konservasi biodiversitas terus menerus.
Indikasi degradasi akibat penambangan terumbu karang, aktivitas penyelaman tak terkontrol maupun jangkar perahu berpotensi mengurangi keelokan anugerah bahari luar biasa ini.
Adrenalin meningkat saat kami diminta pindah ke perahu yang lebih kecil dengan kapasitas sekitar 10 penumpang. Perahu katamaran dengan fasilitas kotak kaca ditengahnya yang akan diturunkan untuk menikmati pemandangan bawah laut. Meski tidak menyelam tetap bisa nih menikmati keelokan biota laut.
Berbekal bacaan keberadaan underwater great walls alias hanging walls atau barisan dinding karang raksasa yang tegak menjulang di bawah laut dan melengkung ke atas, harapan saya menjulang. [Mata telanjang dapat menikmati parade terumbu karang warna-warni penanda keragaman hayati. Tarian terumbu karang oleh alunan arus bawah laut sebagai penanda terumbu karang yang hidupdan tumbuh].
Sampai njinggleng mata memedas menatap dasar kotak kaca hingga berpaling ke tepian badan perahu yang juga menyuguhkan air yang jernih. Ladalah tidak berhasil mencicip sajian warna-warni melambai ini.
Saat bertanya kepada pengemudi perahu beliau menjelaskan ada perubahan tampilan terumbu karang. Sungguh saat disayangkan perubahan ekosistem yang butuh waktu sangat panjang untuk pulih.
Anugerah ekosistem indah bagai buah simalakama. Kala industri pariwisata menabrak kelestarian ekosistem alami. Butuh komitmen dan kecintaan luar biasa untuk menyelaraskannya.
Aneka kegiatan ekowisata di Pulau Bunaken. Nah simbok pemuja gunung tetap tak berkedip menatap gagahnya Manado Tua dari pesisir Bunaken. Lumayan nyesek serasa berdampingan tanpa menyentuh daratan Manado Tua.
Manado Tua, Laboratorium Alam Budaya Khas
Manado Tua adalah gunung api non aktif yang berjangkar di dasar kaut dengan bagian kerucut yang menyembul di permukaan laut. Tampak laksana gunung yang mengapung di Teluk Manado. Berketinggian hingga 750 m di atas permukaan laut. Menghasilkan bentang alam unik apik.
Begitupun dari kekayaan flora faunanya. Kombinasi posisi lintang dari garis imajiner khatulistiwa dan keterpisahannya dari daratan sekitar menghasilkan ekosistem yang khas. Paduan komponen biotik-abiotik penyusun ekosistem Manado Tua.
Menyimak Manado Tua dari sisi etnologi/antropologi budaya sangatlah menarik. Berada di sisi terluar Indonesia yang berbatasan dengan negara tetangga, Filipina. Tak heran muasal kisah Manado bersinggungan dengan pergerakan antar bangsa.
Nilai budaya aneka cerita rakyat tentang kerajaan lokal. Menebar ujaran kemajemukan. Juga harmoni antara alam dengan tata budaya setempat. Terbayang Manado Tua sebagai salah satu laboratorium alam budaya yang khas. Tak pelak lagi, Manado Tua Pesona Magis Bumi Nyiur Melambai.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H