Memainkan peran pengelola air, serapan karbon, lahan basah juga menyediakan keragaman hayati yang sangat tinggi. Tumbuhan lahan basah sebagai sumber obat maupun pangan bagi masyarakat. Diantaranya adalah pangan lokal Genjer dan Kelakai.
Bersusuh di tepian Rawa Pening, simbok akrab dengan sayur lokal Genjer. Genjer ada pula yang menyebut paku rawan (Limnocharis flava) meski bukan anggota keluarga paku-pakuan. Merupakan tumbuhan rawa yang banyak dijumpai di sawah maupun perairan dangkal. Kadang menjadi gulma pengganggu tanaman padi.
Di pasar tradisional Salatiga, Genjer cukup sering dijumpai dan berasal dari tepian Rawa Pening. Kami mengolahnya menjadi tumis atau oseng-oseng cukup pedas. Bukan hanya enak sekaligus juga memiliki nilai gizi yang memadai.
Menurut publikasi Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Jakarta, setiap 100 g Genjer mengandung energi 39 kkal, protein 1,7 g, lemak 0,2 g, karbohidrat 7,7 g, serat 0,95 g. Memiliki mineral semisal kalsium 62 mg, fosfor 33 mg, zat besi 17.97 mg, kalium 300,46 mg, natrium 3,13 mg, magnesium 2,81 mg, zn 1,28 mg dan tembaga 0,613 mg.
Bagian yang dikonsumsi adalah daun dan bunga Genjer terdapat zat kardenolin, flavonoida, dan polifenol. Asupan protein menjadi bagian peremajaan sel baru. Paduan protein, karbohidrat, dan lemak menyediakan energi. Kandungan besi membantu menjaga kadar Hb darah.
Keberadaan kalsium dan fosfor membantu penguatan tulang dan persendian. Pun serat membantu pencernaan, mencegah kanker kolon. Tidak keliru kan kalau kami warga sekitar rawa suka mengudap Genjer sebagai varian sayur keseharian.
Entah mengapa sayuran daun Genjer ini dilekatkan pada strata masyarakat 'miskin'. Hingga naas lagu rakyat Genjer-Genjer sempat dilarang pada masanya karena diindikasi propaganda partai terlarang. Terlepas dari isu politik, saya pribadi melihat sayuran Genjer sebagai bagian dari kedaulatan pangan.
Sekian tahun lalu bermimpi, andai saja ada pelopor yang memasukkan sayuran daun Genjer ke supermarket. Eh ternyata kini sering melihat tampil eksotis di gerai super market kota besar. Para koki mengolahnya jadi masakan ala hotel berbintang, pastinya si Genjer akan tampil molek serasa naik kelas.
Namun saya lebih suka biarlah si Genjer tampil apa adanya asal tidak disiya-siya. Tidak disia-siakan sebagai produk kelas rendahan. Biarlah menjadi wujud kemandirian masyarakat dalam pemenuhan sumber pangan sayur.
Nah kalau kita ke Kalimantan mari jangan lupa mencicip sayur tumis Kelakai (Stenochlaena palutris). Sayuran lokal yang banyak tumbuh di ekosistem gambut. Saya mencicipnya di Sekadau, Kalimantan Barat. Berdasarkan kenampakannya biasa dikenal Kelakai atau Kalakai hijau dan merah.