Mohon tunggu...
Suprihati
Suprihati Mohon Tunggu... Administrasi - Pembelajar alam penyuka cagar

Penyuka kajian lingkungan dan budaya. Penikmat coretan ringan dari dan tentang kebun keseharian. Blog personal: https://rynari.wordpress.com/

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Sepiring Nasi dan Emisi

13 Oktober 2021   07:59 Diperbarui: 13 Oktober 2021   08:02 591
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi nasi (Dok. Shutterstock/kazoka)

Menyantap sepiring nasi, sesendok demi sesendok menyoal emisi. Dunia global sedang berupaya mengelola emisi gas rumah kaca. Menuju nol bersih emisi (net zero emissions). Sepiring nasi dan emisi.

Emisi atau pancaran, pembebasan gas buang ke atmosfer. Apakah aneh? Emisi sesuatu yang alami. Bagian dari proses kehidupan.

Tanpa aktivitas berarti, makluk hidup manusia, hewan dan tanaman bernafas membebaskan gas karbon dioksida (CO2) ke atmosfer. Tanaman menyerap gas CO2 dari atmosfer untuk proses fotosintesis. Ada proses pancaran (emisi) dan serapan.

Selisih antara pancaran dan serapan menghasilkan emisi bersih (net emission). Nilai selisih tersebut dapat bernilai positif, nol (zero), dan negatif. Nol bersih emisi (net zero emissions) bermakna seluruh produksi emisi dari aneka aktivitas dapat diserap tanpa penambahan konsentrasinya di atmosfer.

Aneka kegiatan semisal industrialisasi, transportasi, penggunaan bahan bakar fosil   meningkatkan emisi gas di atmosfer. Tanpa imbangan serapan yang memadai akan meningkatkan konsentrasinya di atmosfer.

Salah satu fenomena alam adalah peningkatan suhu bumi, pemanasan global. Ditengarai disebabkan oleh peningkatan konsentrasi sejumlah senyawa yang disebut gas rumah kaca (GRK) di atmosfer. Gas rumah kaca ini serasa membekap bumi dengan hawa panas.

Secara agregat makro dunia merespon dengan penataan. Penerapan kebijakan. Rakitan teknologi menekan emisi dan peningkatan serapan. Melibatkan ekosistem tanaman penutup bumi secara permanen.  

Artikel sederhana ini tidak akan menyoal aspek teknis. Pun reaksi njlimet mekanisme pancaran dan serapan. Juga aneka perundingan dan target komitmen antar negara mencapai nol-bersih emisi.

Padi, nasi, dan emisi

Agroekologi lahan padi sawah potensial memproduksi gas metana dan nitrooksida komponen gas rumah kaca. Negara penghasil dan pengguna padi disorot dunia. Penelitian GRK pada persawahan banyak dilakukan di Jepang, China, India, Myanmar, Vietnam tidak ketinggalan Indonesia.

Secara ekosistem lahan persawahan mengemisikan sejumlah gas. Pada sisi lain juga penyerap karbon (carbon sink) temporer. Secara emisi bersih dapat diperhitungkan.

Sebagai bagian dari pelaku industri pertanian global tetap ikut berperan serta menurunkan emisi GRK. Aneka upaya mereduksi emisi metana dan dinitrooksida.

Mari kita simak peran serta setiap komponen. Mendasari langkah kontribusi kita selaku pribadi dan kelompok. Pemahaman yang dibarengi sikap partisipasi aktif secara nyata.

Peran peneliti dan pelaku pertanian

Monitoring emisi gas rumah kaca dari persawahan dilakukan pada tingkat penelitian oleh akademisi maupun instansi terkait. Baik secara manual dengan pengambilan contoh gas menghitung laju dan pendugaan emisi. Juga monitoring secara semi otomatis.

Pengambilan contoh gas di sawah (Dokumen pribadi)
Pengambilan contoh gas di sawah (Dokumen pribadi)

Balai Lingkungan Pertanian (Balingtan) di Jakenan mempunyai tugas pokok fungsi (tupoksi) penelitian emisi GRK. Memiliki peralatan karya anak bangsa untuk melakukan monitoring emisi dari lahan persawahan secara semi otomatis.

Pengukuran gas rumah kaca di sawah semi otomatis di Balingtan (Tangkap layar balingtan)
Pengukuran gas rumah kaca di sawah semi otomatis di Balingtan (Tangkap layar balingtan)

Pernah melihat monitoring emisi GRK dari lahan persawahan oleh lembaga di negara tetangga secara otomatis. Terlihat hamparan sawah dengan aneka perlengkapan. Sungkup gas, selang udara yang langsung terhubung dengan peralatan di laboratorium.

Menuruni tangga, ooh posisi laboratorium di perut bumi, persis di bawah lahan sawah penelitian. Pengukuran yang real time. Dinamika emisi GRK juga pergerakan hara dari lapisan persawahan langsung tertadah secara sistematis untuk analisis.

Mendata dan merakit varetas padi rendah emisi metana. Alam dan tanaman memiliki adaptasi genetik. Kita, Indonesia memiliki beberapa varietas padi yang terbukti menghasilkan emisi metana yang lebih rendah dari jenis lainnya.

Perbaikan kultur teknis. Emisi GRK dari persawahan sangat lekat dengan kondisi kejenuhan air dan perharaan. Pengurangan genangan dengan metode irigasi macak-macak dan berselang/terputus (intermitten) terbukti mengurangi emisi GRK metana.

Perlu pendekatan budaya dalam sosialisasi kepada petani padi sawah. Budaya tanam padi tidak perlu digenangi (leb) terus menerus. Ada saatnya tanah diberi kesempatan bernafas. Mengubah unsur toksik beracun menjadi aman.

Pengurangan penggenangan akan meningkatkan efisiensi penggunaan air. Kesadaran bersama sumber daya air digunakan secara bijak. Input produksi untuk aneka komoditas.

Aspek pemupukan tidak berlebih. Penggunaan bahan alami semisal daun neem atau Azadirachta indica (nimba, Indonesia ) penghambat produksi emisi GRK nitrooksida. Penelitian neem di India dan Afrika banyak dilakukan untuk mengurangi emisi GRK. Penggunaan pupuk bagian dari jejak karbon padi melalui industri.

Peran penata kebijakan

Upaya penyebaran pengetahuan, peningkatan pemahaman, penerapan teknis pengurangan emisi GRK memerlukan dukungan kebijakan. Bagaimana pengurangan emisi menjadi bagian dari budaya pola produksi. Bukan gaya produksi apalagi trend sesaat.

Bagaimana insentif reward bagi pelaku agribisnis pereduksi emisi. Kesiapan pendampingan teknis yang relevan sesuai dengan kelokalan.

Peran serta konsumen padi 

Mari bersama menyadari setiap produksi padi berkontribusi terhadap emisi. Mengkonsumsi nasi secara bijak. Sayang kan kalau nasi tersisa padahal saat memproduksi menyumbang emisi.

Kajian dari Balingtan menunjukkan indeks emisi metana berkisar 0,01 -- 0,04 kg metana per kg gabah. Memperhatikan konversi gabah kering panen ke kering giling hingga menjadi beras. Mari berhitung kisaran 0,047 -- 0,199 kg CO2eq per kg beras. Dasar penghitungan pajak karbon atas beras.

Selama ini kita membeli beras tanpa mempertimbangkan biaya pengurangan emisi. Tiada penambahan khusus harga beras rendah emisi. Kalau produsen beras berupaya mengurangi emisi, selayaknya konsumen mengimbangi.

Teringat cerita anak tentang nasi menangis, anak ayam peliharaan mati kalau kita makan nasi tidak habis? Cikal bakal kesadaran dan sikap menghargai berkat. Berlanjut pada pemeliharaan lingkungan. Mengurangi emisi gas rumah kaca metana dan nitrooksida dari lahan persawahan.

Wasana kata

Sepiring nasi pengingat jerih lelah petani. Sesendok nasi duta cerita emisi. Juga upaya pengurangan emisi.

Catatan:

Bukan tulisan lomba net zero emission

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun