Peduli lingkungan dimulai dari lingkup paling kecil adalah pribadi dan keluarga. Himpunan keluarga yang peduli lingkungan akan menghasilkan masyarakat yang menghargai lingkungan. Mari dimulai dengan skala rumah tangga, dari limbah dapur.
Mari mulai dengan dapur
Aneka sampah dan limbah rumah tangga. Diantaranya adalah limbah dapur. Ya mari mulai dengan dapur, salah satu pusat kegiatan keluarga dalam penyediaan makanan bagi setiap penghuninya.
Limbah dapur dimaknai limbah yang berasal dari sisa bahan makanan yang akan diolah. Beberapa memperluas cakupan mulai dari sisa bahan yang tidak dimasak hingga sisa sajian dipiring yang tidak habis disantap. Bahkan ada yang melibatkan sarana aktivitas penyediaan makanan matang.
Bagaimana dengan paradigma hierarki penanganan limbah dapur yang mendukung kelestarian lingkungan? Mengikuti paradigma piramida terbalik. Bermula dari pencegahan, minimisasi, penggunaan ulang, daur ulang, energy recovery hingga pembuangan akhir yang diupayakan dihindari.
Pencegahan dan minimisasi adalah langkah awal. Sebelum limbah dapur terlihat nyata. Merupakan langkah strategik, pintu awal pengelolaan limbah dapur.
Bila limbah dapur sudah terlihat nyata dihadapan, apa yang dapat dilakukan untuk menjadi bagian peduli lingkungan?Â
Mari tetap dapat berpartisipasi. Utamanya melalui langkah guna ulang (reuse) dan daur ulang (recycle) yang dapat dilakukan pada skala rumah tangga.
Pemanfaatan limbah dapur melalui guna ulang (reuse)
Kegiatan ini tentunya bermula dari memilah. Limbah mana yang dapat didayagunakan. Semisal limbah sayuran berdaun, sayur berbiji, bumbu rimpang hingga wadah di dapur yang tidak lagi terpakai.
Pemanfaatan limbah sayur berdaun. Semisal sahabat pembaca Kompasiana belanja sayuran berupa kangkung cabut. Nah bagian atas atau pucuk akan disiangi untuk masakan. Sayang kan bagian bonggol berakar?
Kiat sederhana adalah menanam bonggol akar kangkung dalam pot. Penanaman sangat sederhana, dalam jangka waktu singkat kangkung sudah dapat dipanen perdana.Â
Pemangkasan panen akan diikuti oleh munculnya cabang sehingga panenan berikutnya makin banyak. Biasanya kami pelihara hingga 3 x panen lalu dibongkar. Sisa tanaman dapat dibuat kompos.
Cara ini juga kami lakukan untuk limbah berupa bonggol bawang daun. Kemasan bawang daun konsumsi biasanya melibatkan akar. Nah bagian atas untuk keperluan memasak. Bonggolnya dapat ditanam sekaligus menjadi sediaan.
Pemanfaatan limbah sayur berbiji. Bebersih kulkas menemukan beberapa sayuran berbiji yang mulai membusuk. Semisal tomat ataupun cabai. Sayang juga kalau langsung dibuang.
Melemparkan tomat ataupun cabai ke pot ooh tumbuhlah bibit tomat ataupun cabai. Termasuk sayur buah pare yang ternyata terlalu tua untuk dimasak. Jadilah mereka menghias pojok sempit. Tentunya bergantian tempat karena keterbatasan ruang.
Mengamati pertumbuhannya menghadirkan kegembiraan. Mengurai sebagian kejenuhan. Oh ya pertumbuhan tidak selalu sebagus yang diharapkan karena beberapa produk sayur adalah hasil hibrida yang mengalami penurunan keragaan sewaktu biji ditanam ulang.
Pemanfaatan limbah bumbu. Begitupun saat memilah rimpang bumbu. Beberapa rimpang terlihat bertunas. Mengapa tidak kita tanam di pekarangan baik dalam pot ataupun bekas bakul plastik bahkan besek sisa wadah.
Jadilah rumpun kunyit. Atau kencur dengan aroma harum. Melengkapi rumpun jahe di pojok pekarangan.
Sila singgah:Â Seni Berkebun: Menanam Jahe Merah dalam Pot di Pekarangan Mini
Pemanfaatan limbah wadah. Secara berkala diperlukan waktu memilah aneka wadah di dapur agar tidak menumpuk penuh. Mari gunakan ulang untuk aneka keperluan.
Beberapa dapat digunakan sebagai wadah bertanam. Semisal kami menggunakan besek untuk menyemaikan benih tanaman baik sawi, cabai maupun bunga petunia. Penggunakan aneka wadah eks perlengkapan dapur untuk ala pot juga tampil beda.
Limbah lain yang sekira masih berfungsi atau dapat digunakan ulang atau daur ulang non biodegradable (tidak terurai secara alami) biarkan menjadi bagian pemulung. Ada kalanya tukang rongsok keliling pemukiman untuk menampungnya.
Sila singgah:Â Seni Berkebun dengan Memadukan Wadah Seadanya
Pemanfaatan limbah dapur melalui daur ulang (recycle): Pengomposan
Cara lanjut pemanfaatan limbah dapur yang bersifat biodegradable (terurai secara alami) adalah dengan pengomposan. Mekanisme dasar adalah degradasi limbah menjadi materi kompos yang menyuburkan tanah. Proses dapat dipercepat dengan bantuan biota tanah.
Pada hunian yang memiliki pekarakan cukup memadai, cukup membuat lubang pengomposan (zaman dahulu disebut pawuhan, tempat membuang uwuh/sampah). Limbah dapur organik akan mengalami dekomposisi dengan bantuan organisme tanah.
Lubang pengomposan alami di tanah dapat diganti dengan aneka wujud komposter. Semisal drum dengan pelubangan di dasar. Penghawaan atau aerasi sirkulasi udara percepatan pengomposan dapat melalui pengadukan atau penancaan pipa berlubang ke samping.
Untuk mempercepat pengomposan dapat ditambahkan aktivator baik kemasan mikroba pengomposan yang sudah jadi. Cara sederhana dengan menaburkan tanah diatas lapisan limbah dapur sebagai sumber biota tanah sekaligus penyerap bau.
Model sederhana kami menggunakan 2 wadah bergantian, saat volume menyusut materi disatukan. Wadah yang satu untuk awal pengomposan. Lumayan hasil kompos dapat untuk menyuburkan tanaman dalam pot.
Dari pengomposan juga dapat diperoleh hasil samping POC yaitu leachet atau cairan yang merembes dari dasar wadah pengomposan. POC dapat diencerkan untuk memupuk tanaman hias maupun sayuran dalam pot.
Ada beberapa lubang resapan biopori (LRB) di pekarangan mini. Pada musim kemarau, LRB kami fungsikan untuk pengomposan alami. Sisa limbah dapur yang biodegradable diisikan ke lubang. Akhir musim kemarau dilakukan pemanenan kompos. LRB siap alih fungsi menjadi perembes aliran hujan ke lapisan bumi.
Potret penanganan sampah rumah tangga
Menarik menyimak Laporan Indeks Perilaku Ketidakpedulian Lingkungan Hidup Indonesia 2018. Inilah persentase rumah tangga di Indonesia berdasarkan penanganan sampah yang paling sering dilakukan, 2017.
Terlihat data dibuang sembarangan hingga memasukkan ke badan air yang potensial menyumbat aliran menyebabkan banjir. Andai penanganan melalui guna dan daur ulang digalakkan, semoga potret ini akan berubah seiring waktu.
Wasana kata
Pemanfaatan limbah dapur dapat dilakukan dengan guna dan daur ulang. Bagian dari penerapan paradigma penanganan limbah dapur yang mendukung kelestarian lingkungan. Salam lingkungan lestari
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H