Seporsi rujak cingur bukan hanya masalah makanan. Terhisap di dalamnya identitas kebanggaan masyarakat. Rujak cingur diakui sebagai makanan rakyat.
Paduan rasa dan bahan bercerita tentang harmoni. Bagaimana cingur, sayuran dan buah bertekuk lutut kepada siraman saos petis kacang. Masing-masing melepas ego demi paduan rasa yang berdaya guna. Aha terasa nilai filosofis bangsa yang cinta damai, mengedepankan rasa kebersamaan.
Peracik rujak cingur biasa mencampurkan 2 jenis petis. Menurut sahabat kebun yang kelahiran Surabaya dan besar sebagai kana Ngalam (anak Malang), pencampuran antara petis kualitas utama dan biasa. Bukan hanya alasan ekonomi namun tepatnya perpaduan.
Pembelajaran hidup tentang harmoni toleransi. Sangat enak terasa saat mencicip yang biasa saja. Legitnya nanas terasa karena kecut masamnya dondong. Seporsi rujak cingur bagian kelana rasa. Mengolah rasa menjadi karya budaya kuliner.
Rujak cingur bagian dari sejarah panjang. Konon industri petis di Surabaya telah dimulai pada awal abad ke 19. Racikan rujak cingur tentunya setelah waktu tersebut. Beberapa depot rujak cingur yang bertahan di Surabaya ada yang mulai operasi sebelum tahun kemerdekaan.
Pengenalan rujak cingur kepada khalayak bukan hanya diperuntukkan kepada masyarakat non Kawasan Timur. Ada upaya sistematis pengenalan makanan ini ke aras global.Â
Pernah diperkenalkan kepada peserta APEC dari aneka negara. Hehe terbayang penerimaan lidah peserta, seperti kita saat mencicip makanan yang benar-benar asing.
Kembali diajukan pada Tahun 2016 dengan Nomor. Registrasi 2016006751. Domain Keterampilan dan Kemahiran Kerajinan Tradisional dan pengaju Provinsi Jawa Timur. Belum menemukan data hasil penetapan pengakuan.
Semoga dengan memenuhi persyaratan berkas ajuan rujak cingur berhasil mendapat penetapan pengakuan sebagai warisan budaya tak benda. Bagian dari warisan budaya bangsa.
Kata pemungkas
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!