Mari sok usil memerikan komposisi nilai gizi. Karbohidrat utama dipenuhi dari irisan longtong juga bahan pangan lainnya. Protein hewani dari olahan cingur. Protein nabati dari tahu dan tempe. Lemak dari paduan kacang plus kedelai bahan tahu tempe. Mineral, serat dan vitamin dari seonggok racikan sayur dan buah.
Nah kan sepiring rujak cingur tidak hanya mengenyangkan. Menjamin asupan nilai gizi secara lengkap dan seimbang. Menghadirkan decap kegembiraan mengungkit imunitas.
Kelana rasa rujak cingur
Merunut asalnya, rujak cingur yang berkomponen khas petis adalah dari Jawa Timur khususnya Surabaya. Aneka makanan Jawa Timuran yang memikat lidah. Harmoni rasa pedas, manis, dan asin yang nampol. Salah satunya adalah rujak cingur.
Pernah menyantapnya di Kota Malang sekian dasawarsa lampau. Rela antre berlama-lama demi seporsi rujak cingur. Awalnya lidah Jawa Tengah saya harus membiasakan. Menjadi kemewahan dan awal rasa menghargai bila dapat menikmati kuliner khas daerah lain.
Ini kenangan sekian warsa di Kota Sidoarjo. Untuk santap siang kami pilih rujak cingur, yuk berburu rujak cingur Tanggulangin. Ketik saja rujak cingur Sidoarjo yang muncul adalah depot rujak cingur mbak Tila, Jl Wates kedensari, Tanggulangin.
Ikuti yook panduan GPSnya, aha muter-muter hingga jalan ditutup panggung segala, padahal ada jalan besarnya. Melihat antrean mobil berjajar indikasi dari rujak cingur yang laris biasanya rasa enak dan harga rasional dan beneran enak tenan apalagi plus air degan atau sinom (air daun asam) yang segar.
Penyajian sesuai pesanan semisal penyuka matengan atau semua yang dimasak. Akan diracik tanpa buah mentah. Beberapa depot menyajikan dengan alas pincuk daun pisang mirip dengan gaya penyajian pecel.
Sayang belum mencoba di kawasan aslinya di Surabaya. Wah berderet depot rujak cingur dengan bintang dan reviewnya. Klaim menjadi langganan artis maupun pejabat menjadi bahasa pemasarannya.
Rujak cingur dan warisan budaya