Mohon tunggu...
Suprihati
Suprihati Mohon Tunggu... Administrasi - Pembelajar alam penyuka cagar

Penyuka kajian lingkungan dan budaya. Penikmat coretan ringan dari dan tentang kebun keseharian. Blog personal: https://rynari.wordpress.com/

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

9 Kecerdasan yang Distimulasi oleh Dongeng Verbal

20 Maret 2020   18:58 Diperbarui: 20 Maret 2020   19:37 524
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saat mendongeng merupakan saat yang dirindu. Kami kruntelan di dipan/amben, ataupun berkumpul di dekat teplok/sentir. Saat mendongeng adalah saat santai, biasanya di malam hari. 

Ataupun siang hari berhujan lebat saat kami kanak-kanak merasa bete terkurung di dalam rumah tanpa hiburan apapun, karena saat itu belum ada TV apalagi dengan aneka saluran.

Suasana mendongeng juga membangun suasana akrab, mana ada mendengarkan dongeng dengan sikap tegang pun ngapurancang apalagi jarak antara pendongeng dan pendengar belasan meter? [Kini dengan kemajuan teknologi suasana keterdekatan dengan pendongeng tetap terbangun, meski pendongengnya berkilometer jaraknya]

Delapan, kecerdasan naturalis. Erat dengan kemampuan untuk mengenali alam dan ekosistemnya. Dongeng sangat dekat dengan alam. Dongeng wayang yang kami dengarkan saat kecil memuat informasi hutan, binatang maupun tumbuhan.

Dongeng "Baru Klinting" menyoal hikayat Rawa Pening. Selain lontaran pesan moral juga mengait pemahaman alam rawa. Dongeng "Tare Iluh Dan Beru Sibou" menyoal asal muasal tanaman aren versi Sumatera Utara.

Apalagi dongeng tema fabel semisal "Kancil dan Buaya". Pendongeng dan pendengarnya diasah memiliki kepekaan akan alam naturalis. Menumbuhkan kecintaan akan alam naturalis.

Sembilan, kecerdasan eksistensi. Berkenaan dengan hakekat hidup yaitu mencari jawaban pertanyaan mendalam tentang eksistensi manusia. 'Apa arti hidup?', 'Apa peran kita di dunia?' adalah bagian dari kecerdasan eksistensi.

Seni dongeng erat berkaitan dengan relasi. Antara manusia dengan Yang Maha Kasih, antar manusia juga relasi manusia dengan alam. Relasi antar manusia digambarkan dalam sesama kawula alit, atau punggawa dengan rakyat, bandara/majikan dengan batur/abdi. Mendengarkan dongeng "Ande-ande Lumut" terasa sekali relasi sosial.

Melalui dongeng, penutur memasukkan arti dan peran hidup. Semisal dongeng "Cindelaras" sungguh dapat diolah menjadi pembelajaran berarti. Mendongeng menyentil kecerdasan eksistensi pelakonnya, pendongeng maupun pendengarnya.

Mendongeng menstimulasi kecerdasan verbal linguistik, logis matematis, spasial visual, musikal, kinestika jasmani, interpersonal, intrapersonal, naturalis, eksistensial. Pembaca Kompasiana, mari selamat mendongeng.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun