Hingga yang dirancang khusus dengan harga khusus pula. Kreativitas yang mendulang rezeki. Kartu undangan menjadi penciri pengundang.
Petugas "marah" digantikan oleh petugas profesional lain. Nah, ikutannya "tonjokan" juga lebih jarang berkunjung. Namun untuk undangan tertentu tetap disertakan "tonjokan" kekinian.Â
Bentuknya tidak sebaku dahulu, kemasan menjadi lebih indah kreatif. Semisal kue hantaran ataupun lauk tertata apik.
Ada kalanya petugas "marah" adalah Pak Pos, mas kurir jasa hantaran. Mungkin juga ada ya "tonjokan" apalagi kalau berupa tiket pesawat agar kita bisa hadir di acara pernikahan pengundang. Sungguh nonjok euy.
Era Undangan Digital Bonus Rasa "Bala Ombyokan"
Digitalisasi merambah ke segala aspek, termasuk urusan undangan pernikahan. Tanpa mengurangi rasa hormat, kita bisa mengirim foto undangan dengan nama beliau secara personal.
Mengirimkannya melalui surat elektronik. Bahkan kini era WA menjadi petugas "marah" mewartakan undangan pernikahan.
Bergeser undangan personal menjadi grup. Salin rupa dan rasa "bala ombyokan" dalam kawanan atau kumpulan. Tidak perlu galau tidak disebut nama secara khusus. Tentunya juga diperhitungan untuk penyambutan saat resepsi, agar tidak berabe persediaan pendukungnya.
Apapun pilihan kita, sah-sah saja. Utamanya adalah negasi pernyataan syukur sukacita sekaligus permohonan doa restu apalagi melalui kehadiran.
Sekilas merunut dinamika undangan pernikahan. Salin rupa undangan pernikahan, dari "marah" hingga "bala ombyokan".