Pertanyaan kapan perang Padri berlangsung? Di mana dan kapan Tuanku Imam Bonjol wafat? Demikian sebagian soal sejarah yang dulu kami dapatkan. Untuk soal model tersebut kisaran nilai 0 hingga 100 jamak terjadi.
Apabila soal tersebut sedikit diubah semisal seperti ini. Apa yang Anda ketahui tentang perang padri? Pelajaran apa yang Anda dapat dari pengasingan Tuanku Imam Bonjol di daerah Minahasa? Silakan membaca dari berbagai sumber lalu tuliskan jawaban Anda dengan gaya bahasa sendiri. Wow pasti pemeriksa akan kewalahan dengan aneka ragam jawaban, mulai dari informasi hingga analisis bahkan evaluasi sesuai dengan passion dan tingkat pemikiran sang penjawab.
Tulisan ini mengalir saat kunjungan ke makam Tuanku Imam Bonjol di Manado beberapa tahun lalu. Perjalanan dari bumi ranah Minang dengan teladan alam takambang jadikan guru. Berdamai di Manado, bumi nyiur melambai yang selalu hangat. Manado dengan sesanti Si tou timou tumou tou yang bermakna manusia layak disebut sebagai manusia, jika sudah dapat memanusiakan manusia. Paduan kearifan lokal yang menjadi kearifan global.
Berkunjung ke Cagar Budaya Pengasingan dan Makam Tuanku Imam Bonjol
Berada di desa Lota, Pineleng Minahasa, menanjak dari Manado ke arah Tomohon. Siang itu hujan deras mengiringi perjalanan kami 1 bus kecil plus beberapa mobil. Beberapa pengunjung didampingi pengojek payung sedikit mendaki ke arah makam utama.
Bermula dari masalah internal, kaum ulama atau kaum Padri yang berniat mendandani pola hidup yang berlaku yang beberapa tidak seturut dengan tuntunan agama. Kaum Adat di sekitar kerajaan Pagarruyung tidak serta merta menerima saran perbaikan. Mulai terjadi friksi antar suku kelompok masyarakat.
Friksi yang makin meruncing dan meluas dan menghadirkan sekutu Belanda di pihak kaum Adat. Friksi yang menjadi perang besar berlangsung cukup lama lebih dari seperempat abad alias satu generasi. Bukan lagi masalah internal namun kesadaran melawan intervensi penjajahan. Perang yang meluluhlantakkan sendi persatuan dan kesatuan masyarakat. Penderitaan panjang, hilangnya rasa damai.
Di penghujung perang panjang, Tuanku Imam Bonjol sebagai pemimpin perang Padri yang menjadi gerakan melawan penjajah, berhasil ditangkap melalui gerakan tipu muslihat. Beliau diasingkan nun jauh dari bumi ranah Minang ke Manado.
Perang yang kemudian disesali baik oleh kaum Padri maupun kaum adat. Mengundang campur tangan pada masalah internal tidak menyelesaikan masalah, malah mengoyak persatuan masyarakat adat. Perang Padri menjadi kenangan heroik sekaligus traumatik bagi persatuan bangsa.
Tuanku Imam Bonjol mengalami pembuangan, semula di Cianjur, Jawa Barat. Kemudian dipindahkan ke Ambon. Terakhir ke Lotta, Pineleng Minahasa, dekat Manado. Disinilah beliau wafat dan dimakamkan di tempat pengasingan tersebut yang kini menjadi salah satu cagar budaya.
Pesan Damai dari Pineleng Minahasa
Begitupun keyakinan masyarakat setempat. Hubungan vertikal dengan Sang Maha Kasih yang juga mewujud pada hubungan horisontal berupa relasi dengan sesama yang saling bertoleransi. Saling menghormati tanpa mengusik kepercayaan masing-masing individu. Tumbuh saling pemahaman untuk hidup berdampingan dalam damai.
Perjalanan panjang perang Padri, Tuanku Imam Bonjol dari Minangkabau dan masyarakat Pineleng Minahasa sudah membuktikannya. Memelihara perdamaian lebih indah dari pada mengusiknya. Sekitar cagar budaya terdapat beberapa masjid dan mushola. Begitupun di kota Manado, masjid berdampingan dengan gereja. Tentunya juga aneka rumah ibadah sesuai kepercayaan masyarakat setempat. Mari hidup berdampingan. Pesan damai racikan masyarakat Minahasa - Tuanku Imam Bonjol. Pesan damai dari Pineleng Minahasa. Menyatukan jarak dan budaya Minangkabau-Minahasa. Si tou timou tumou tou.
Salatiga, 3 Maret 2019.
Teriring salam damai
Prih
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H