Mohon tunggu...
Suprihati
Suprihati Mohon Tunggu... Administrasi - Pembelajar alam penyuka cagar

Penyuka kajian lingkungan dan budaya. Penikmat coretan ringan dari dan tentang kebun keseharian. Blog personal: https://rynari.wordpress.com/

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

Pesan Damai dari Minangkabau ke Minahasa

3 Maret 2019   19:26 Diperbarui: 4 Maret 2019   13:35 485
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cagar Budaya Makam Tuanku Imam Bonjol di Pineleng Minahasa (dok pri)

Pertanyaan kapan perang Padri berlangsung? Di mana dan kapan Tuanku Imam Bonjol wafat? Demikian sebagian soal sejarah yang dulu kami dapatkan. Untuk soal model tersebut kisaran nilai 0 hingga 100 jamak terjadi.

Apabila soal tersebut sedikit diubah semisal seperti ini. Apa yang Anda ketahui tentang perang padri? Pelajaran apa yang Anda dapat dari pengasingan Tuanku Imam Bonjol di daerah Minahasa? Silakan membaca dari berbagai sumber lalu tuliskan jawaban Anda dengan gaya bahasa sendiri. Wow pasti pemeriksa akan kewalahan dengan aneka ragam jawaban, mulai dari informasi hingga analisis bahkan evaluasi sesuai dengan passion dan tingkat pemikiran sang penjawab.

Tulisan ini mengalir saat kunjungan ke makam Tuanku Imam Bonjol di Manado beberapa tahun lalu. Perjalanan dari bumi ranah Minang dengan teladan alam takambang jadikan guru. Berdamai di Manado, bumi nyiur melambai yang selalu hangat. Manado dengan sesanti Si tou timou tumou tou yang bermakna manusia layak disebut sebagai manusia, jika sudah dapat memanusiakan manusia. Paduan kearifan lokal yang menjadi kearifan global.

Berkunjung ke Cagar Budaya Pengasingan dan Makam Tuanku Imam Bonjol

Berada di desa Lota, Pineleng Minahasa, menanjak dari Manado ke arah Tomohon. Siang itu hujan deras mengiringi perjalanan kami 1 bus kecil plus beberapa mobil. Beberapa pengunjung didampingi pengojek payung sedikit mendaki ke arah makam utama.

Mendaki ke makam Tuanku Imam Bonjol (dok pri)
Mendaki ke makam Tuanku Imam Bonjol (dok pri)
Makam Tuanku Imam Bonjol berada dalam bangunan dengan arsitektura rumah bagonjong khas Minangkabau. Kedatangan saat penghujan menguatkan bagaimana atap sirap dan model kemiringan atap arsitektura Minang segera menuntaskan air hujan. Daerah Sumatera Barat dengan pola curah hujan tinggi membutuhkan pembuangan air dari atap secara cepat dan tuntas.

cucuran atap dari makam Tuanku Imam Bonjol (dok pri)
cucuran atap dari makam Tuanku Imam Bonjol (dok pri)
Segera para sahabat berziarah ke makam Tuanku Imam Bonjol yang berkeramik putih terawat bersih. Ruang yang lapang mampu menampung cukup banyak peziarah. Tentunya masing-masing peziarah perlu peka dengan kebutuhan pengunjung lain yang ingin mendekati area makam.

penunjuk arah petilasan batu tempat sholat Tuanku Imam Bonjol (dok pri)
penunjuk arah petilasan batu tempat sholat Tuanku Imam Bonjol (dok pri)
Mengelilingi areal seputar makam terlihat petunjuk batu tempat sholat Tuanku Imam Bonjol selama beliau di pengasingan. Melihat papan penunjuk arah, tangga menurun di saat hujan, mengurungkan niat menjajalnya. Menunggu cerita teman-teman muda yang menuruninya. Juga membacanya dari beberapa tulisan yang menceritakan batu sholat di tepian sungai.

Menuju sungai, petilasan batu tempat sholat Tuanku Imam Bonjol (dok pri)
Menuju sungai, petilasan batu tempat sholat Tuanku Imam Bonjol (dok pri)
Pembelajaran dari Perang Padri

Bermula dari masalah internal, kaum ulama atau kaum Padri yang berniat mendandani pola hidup yang berlaku yang beberapa tidak seturut dengan tuntunan agama. Kaum Adat di sekitar kerajaan Pagarruyung tidak serta merta menerima saran perbaikan. Mulai terjadi friksi antar suku kelompok masyarakat.

Friksi yang makin meruncing dan meluas dan menghadirkan sekutu Belanda di pihak kaum Adat. Friksi yang menjadi perang besar berlangsung cukup lama lebih dari seperempat abad alias satu generasi. Bukan lagi masalah internal namun kesadaran melawan intervensi penjajahan. Perang yang meluluhlantakkan sendi persatuan dan kesatuan masyarakat. Penderitaan panjang, hilangnya rasa damai.

Di penghujung perang panjang, Tuanku Imam Bonjol sebagai pemimpin perang Padri yang menjadi gerakan melawan penjajah, berhasil ditangkap melalui gerakan tipu muslihat. Beliau diasingkan nun jauh dari bumi ranah Minang ke Manado.

Perang yang kemudian disesali baik oleh kaum Padri maupun kaum adat. Mengundang campur tangan pada masalah internal tidak menyelesaikan masalah, malah mengoyak persatuan masyarakat adat. Perang Padri menjadi kenangan heroik sekaligus traumatik bagi persatuan bangsa.

Tuanku Imam Bonjol mengalami pembuangan, semula di Cianjur, Jawa Barat. Kemudian dipindahkan ke Ambon. Terakhir ke Lotta, Pineleng Minahasa, dekat Manado. Disinilah beliau wafat dan dimakamkan di tempat pengasingan tersebut yang kini menjadi salah satu cagar budaya.

Pesan Damai dari Pineleng Minahasa

Halaman makam Tuanku Imam Bonjol (dok pri)
Halaman makam Tuanku Imam Bonjol (dok pri)
Pengasingan Tuanku Imam Bonjol di bumi Minahasa. Menempatkan seseorang muslim tentunya dengan beliau didampingi oleh beberapa pengikutnya. Relasi antara Tuanku Imam Bonjol dengan Sang Pencipta bersifat individual yang tidak dipengaruhi oleh keadaan lingkungan. Berada di lingkungan mayoritas nasrani tidak menggoyahkan beliau.

Begitupun keyakinan masyarakat setempat. Hubungan vertikal dengan Sang Maha Kasih yang juga mewujud pada hubungan horisontal berupa relasi dengan sesama yang saling bertoleransi. Saling menghormati tanpa mengusik kepercayaan masing-masing individu. Tumbuh saling pemahaman untuk hidup berdampingan dalam damai.

Perjalanan panjang perang Padri, Tuanku Imam Bonjol dari Minangkabau dan masyarakat Pineleng Minahasa sudah membuktikannya. Memelihara perdamaian lebih indah dari pada mengusiknya. Sekitar cagar budaya terdapat beberapa masjid dan mushola. Begitupun di kota Manado, masjid berdampingan dengan gereja. Tentunya juga aneka rumah ibadah sesuai kepercayaan masyarakat setempat. Mari hidup berdampingan. Pesan damai racikan masyarakat Minahasa - Tuanku Imam Bonjol. Pesan damai dari Pineleng Minahasa. Menyatukan jarak dan budaya Minangkabau-Minahasa. Si tou timou tumou tou.

Salatiga, 3 Maret 2019.
Teriring salam damai
Prih

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun