Alam takambang jadikan guru. Pepatah yang menggambarkan alam sebagai sekolah kehidupan. Mari tilik, belajar harmoni dari Taman Wisata Alam Angke Kapuk.
Memasuki gerbang Taman Wisata Alam Angke Kapuk serasa melangkah ke gerbang sekolah alam. Cukup membayar tiket Rp 25.000 per orang dan parkir kendaraan 10.000. Betapa dari lingkungan pembuangan sampah kini tampil menjadi ekowisata mangrove yang cantik.
Harmoni muara hutan mangrove
Muara sebagai ekosistem marin yang khas. Gradasi yang membuat aliran air dari daratan serasa berhenti. Melepaskan aneka beban terlarut dalam air. Gerakan pengendapan yang dibarengi pelumpuran.
Hutan mangrove adalah wujud harmoni muara. Dangkalan dengan karakteristik khas. Perpaduan tetumbuhan dengan faunanya. Keberadaan mangrove juga menjadi penahan abrasi gerusan gelombang pantai atas daratan. Begitupun hutan mangrove di kawasan Angke, kemasan wisata alam yang mengajarkan harmoni.
Harmoni Flora
Selepas areal parkir, pengunjung akan disapa ramah petugas pemeriksa tiket. Pertanyaan adakah pengunjung membawa kamera profesional? Penggunaan kamera DSLR akan dikenai tambahan tarif. Kami cukup bermodalkan kamera HP.
Keragaan bentuk daun dan perakarannya menghasilkan gradasi pemandangan. Menggoda setiap pengunjung untuk menyentuh dan mengabadikannya. Tak harus berpusing ria dengan aneka nama latin yang tertera. Mari nikmati saja.
Yaak... tumbuhan di Taman Wisata Alam Angke Kapuk, mengajarkan menata harmoni melalui adaptasi. Berdamai dengan lingkungan keras tanpa harus mengeluh apalagi menantangnya.
Harmoni Satwa
Kawasan mangrove juga menyuguhkan komposisi satwa yang menarik. Terlihat kera berekor panjang cukup jinak bertengger di pagar. Tetiba dikagetkan oleh biawak yang santai melintasi jalan. Atau mau menjadi pengamat aneka burung dan disediakan menara pengamat.
Plak...tetiba dikagetkan dengan kepak burung yang menyambar ikan kecil di perairan dangkal. Antar satwa membentuk rantai pangan. Dimangsa atau memangsa. Tumbuh kecerdikan untuk melindungi diri di kerimbunan tumbuhan mangrove. Harmoni antar satwa terbentuk.
Sebagian kawasan taman wisata dapat dilalui dengan kendaraan dan jalan yang keras. Semisal areal bermain dan resto. Bahkan terdapat pendapa untuk aneka keperluan pertemuan.
Beragam gaya pengunjung mengabadikan kehadirannya di areal mangrove. Kunjungan di pagi hari saat pengunjung masih sepi menjadikan leluasa menyusuri jembatan. Juga terhindar dari sengatan matahari berlebihan.
Harmoni ekosistem
Untuk menangkal nyamuk, pondok berukuran 9 m persegi ini diperlengkapi dengan kawat nyamuk pada ventilasinya. Suasana alami terasa melalui material kayu bengkirai, merbau dan kelapa yang keras. Kamar mandi tersedia di luar pondok.
Pada beberapa blok terdapat areal penanaman baru dengan penanda instansi maupun komunitas yang terlibat. Ada jejak perusahaan, organisasi keagamaan, hingga komunitas hobi. Taman wisata alam juga menyemai peduli harmoni.
Bagaimana berperan menjaga harmoni di Taman Wisata Aam Angke?
Sebagai pengunjung selintas apalagi penikmat Taman Wisata Alam Angke, kita bisa loh ikut berperan menjaga harmoni. Apa saja sih, kontribusi kita?
- Mari buang sampah pada tempatnya. Pengelola menyediakan cukup banyak tempat sampah. Sayang kan kalau sampah tak terurai bertebaran di areal mangrove, masih terlihat koq jejaknya.
- Menghargai ciptaan flora fauna. Keragaman tumbuhan dan satwa di lingkungan mangrove kita nikmati melalui pandangan mata atau kita abadikan dalam foto. Sayang kan kalau kita petik dan toh dibuang sembarangan. Biarkan satwa bebas di alamnya  tanpa gangguan kita.
- Mari menjaga kapasitas muatan pada setiap jembatan. Rancang bangun jembatan cukup kokoh, namun kalau kita menumpukan beban pada titik tertentu menggoyahkan keseimbangan. Mari berbagi kesempatan dengan pengunjung lain yang juga hendak merasakan sensasi jembatan kawasan mangrove.
Selamat menikmati harmoni di Taman Wisata Alam Angke Kapuk
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H