Mohon tunggu...
Suprihati
Suprihati Mohon Tunggu... Administrasi - Pembelajar alam penyuka cagar

Penyuka kajian lingkungan dan budaya. Penikmat coretan ringan dari dan tentang kebun keseharian. Blog personal: https://rynari.wordpress.com/

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Agrowisata Sondokoro dalam Perspektif Industri Gula Tebu Berkelanjutan

1 Desember 2018   10:46 Diperbarui: 2 Desember 2018   17:52 1816
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Spoor Sakarosa-rute terowongan-pabrik gula (dok pri)

Suasana pabrik (dok pri)
Suasana pabrik (dok pri)
Kesempatan pengunjung mengenalkan beberapa mesin kepada buah hati melalui monumen mesin giling. Peninggalan mesin kuna yang terlihat masih utuh dan kuat. Berharap kesadaran bersama baik pengunjung dan pengelola agar umur guna monumen ini berkelanjutan.

Monumen mesin giling di Agrowisata Sondokoro (dok pri)
Monumen mesin giling di Agrowisata Sondokoro (dok pri)
Perspektif Berkelanjutan

Pilar keberlanjutan berkaitan dengan pendekatan 3P yaitu people berkaitan dengan ranah sosial budaya, profit merujuk pada aspek ekonomi dan planet yang berorientasi pada aspek lingkungan. Mata rantai pengait antara keberadaan agrowisata Sondokoro dan industri tebu berkelanjutan juga ditelaah dari ke 3 aspek tersebut.

Pilar keberlanjutan diolah dari aneka sumber/Dokpri
Pilar keberlanjutan diolah dari aneka sumber/Dokpri
Aspek ekonomi: Industri tebu mengait pada subsistem kebun tebu yang melibatkan para penanam. Tebu akan menjadi input dalam proses pengolahan mulai dari giling hingga kristalisasi nira. Pelibatan tenaga kerja yang lumayan tinggi menjadi penggerak sektor ekonomi.

Tak pelak efisiensi dan optimalisasi produksi menjadi penyeimbang antara serapan tenaga kerja dan produktivitas tenaga. Hilirnya diharapkan mewujud pada tingkat kesejahteraan. Keberlanjutan industri tebu melalui diversifikasi usaha agrowisata ini semoga menjadi jembatan pewujud harapan.

Keberagaman sisi dalam agrowisata Sondokoro kiranya juga menjadi penguat ekonomi. Terjalin sinergi antar agrowisata dan industri tebu. Kepuasan pengunjung menjadi daya pikat promosi yang melanggengkan sektor ini.

Aspek Sosial: keriuhan tradisi cembengan menjelang kegiatan giling berlangsung sejak zaman dulu. Kawasan pabrik gula menjadi terbuka bagi umum. Aneka wahana permainan dan kios jajanan tersedia. Konon sebagai wujud syukur atas panen tebu dan mohon doa restu agar operasional pabrik lancar.

Industri gula menjadi bagian dari komunitas masyarakat sekitar. Keriuhan yang dahulu hanya berlangsung sekali dalam setahun dalam rentang waktu tertentu, kini dimodifikasi. Secara sosial agrowisata Sondokoro telah memiliki akar formatnya. Bahkan kini pengunjung penduduk sekitar meluas hingga radius tak terbatas.

Penamaan Sondokoro merangkul cerita rakyat antara Ki Sondo dan Nyi Koro. Perseteruan yang dibuhul dalam kebersatuan. Dirangkumlah nama Sondokoro perekat budaya.

Aspek Lingkungan: Untuk menikmati aura manis, kami masyarakat sekitar pabrik gula juga harus rela rumah terpapar abu dan debu pabrik yang berhembus dari cerobong raksasa. Tentunya dengan kemajuan filterisasi kini ruahan abu/debu bisa ditekan.

Cerobong tampak belakang (dok pri)
Cerobong tampak belakang (dok pri)
Industri tebu juga menghasilkan limbah bagas, blotong hingga tetes. Kini dengan penerapan zero waste industry kiranya tiada lagi limbah. Setiap hasil samping dapat menjadi input bagi industri ekologis lanjutannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun