Mohon tunggu...
Suprihati
Suprihati Mohon Tunggu... Administrasi - Pembelajar alam penyuka cagar

Penyuka kajian lingkungan dan budaya. Penikmat coretan ringan dari dan tentang kebun keseharian. Blog personal: https://rynari.wordpress.com/

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Pagar Mangkok Memperkokoh Pagar Tembok

21 Agustus 2017   09:27 Diperbarui: 27 Agustus 2017   14:00 3914
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pagar mangkok kue cucur (dok pri)

Kalau mengacu nasehat almarhum Bapak, lebih baik pagar mangkok daripada pagar tembok, bisa-bisa menjadi penghambat rezeki tukang bangunan, toko penyedia material termasuk perancang model pagar tembok maupun pagar besi. Modifikasi filosofi pagar mangkok memperkokoh pagar tembok, rasanya masih tetap relevan hingga kini. Bukan meniadakan penjagaan fisik namun melengkapi. Pendekatan harmonisasi bukan komparasi. Menumbuhkembangkan sisi humanis dalam hidup bertetangga.

Modifikasi Pagar Mangkok

Modifikasi pagar mangkok dalam skala yang lebih besar juga terjadi. Semisal tanggung jawab sosial perusahaan (Corporate Social Responsibility/CSR) prioritas penerimaan tenaga kerja setempat untuk kualifikasi tertentu. Daerah sekitar sebagai penyedia tenaga kerja akan memiliki ikatan emosional dengan perusahaan. Meskipun senyatanya pola ini tidak murni falsafah pagar mangkok, rasa "se" yang hadir karena aspek kesetaraan bukan melulu yang memberi dan diberi.

Lah kalau mangkok yang dihantar bukan lagi berupa jangan gori, namun semangkok berlian atau yang sepadan. Silakan berhati-hati dan bertanya pada hati nurani. Nuansa pagar mangkok saling melindungi akan terjadi dengan mekanisme pemeriksaan berlapis dan tanggung renteng dalam suatu perkara. Yok pagar mangkok alami jangan dipelintir hingga terkilir.

***

Membuhul satu rasa "se" sari ajaran dari pagar mangkok masih tetap manjur untuk mengikat kesatuan antar tetangga. Sapaan 'Selamat Pagi...' meski hanya lewat jendela mobil yang terbuka saat terburu berangkat kerja, bagian dari memelihara rasa menjadi bagian. Kegiatan sosial membesuk yang pada umumnya menjadi wilayah para ibu juga wujud empati bertetangga.

Sungguh pagar mangkok memperkokoh pagar tembok, kearifan lokal yang tak lekang oleh waktu. Sahabat kompasiana berkenan berbagi rasa?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun