Cancel Culture Berlebihan Bisa Berujung Toxic
Cancel culture bisa bermakna positif selama konteksnya tepat. Konteks dalam hal ini adalah bila subyek yang di-cancel dikhawatirkan memberi contoh yang buruk, kerugian, kericuhan, dan sebagainya, yang bisa merusak tatanan masyarakat madani.Â
Namun disisi lain, jika cancel culture terus menjamur tanpa sebab atau beralasan yang kuat dapat dimaknai terjadi keadaan sosial yang sedang tidak baik.
Keadaan sosial yang salah bilama mana keduanya yaitu media dan masyarakat sama-sama memiliki mental dan moral yang rendah. Cancel culture dalam tingkat ekstrim menimbulkan pembunuhan karakter bahkan perundungan yang mengganggu ekonomi dan psikologis subyek.Â
Sehingga secara tidak langsung mendorong subjek kepada pemiskinan atau gangguan psikis yang dapat mendorong pada percobaan bunuh diri.Â
Nah, cancel culture nyatanya seperti pisau bermata dua. Satu sisi ada nilai positif, sedang sisi lain dapat berakibat negatif. Maka dari itu, masyarakat Indonesia harus lebih berhati-hati ketika menjadi bagian dari cancel culture ini.Â
Karena jika salah bisa berakibat fitnah, namun jikalaupun yang dilakukan benar menandakan ada degradasi nilai-nilai etika pada media massa yang abai pada etika jurnalisme dan kesopanan.Â
Wallahualam Bisshowab
 Â
Referensi : Â Â Â Â Â Â Â Â
https://indonesiabaik.id/infografis/benarkah-netizen-indonesia-paling-tak-sopan-se-asia