Mohon tunggu...
novy khayra
novy khayra Mohon Tunggu... Penulis - Aspire to inspire

Novy Khusnul Khotimah, S.I.Kom, M.A, SCL - Pegawai Negeri Sipil - Master Universitas Gadjah Mada - Penulis Buku -SDG Certified Leader

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

4 Teori Konspirasi Populer yang Menjadi Salah Satu Penyebab Lonjakan Gelombang 2 Covid-19 di Indonesia

7 Juli 2021   11:49 Diperbarui: 7 Juli 2021   12:05 293
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Diantara semua teori konspirasi, bagi saya ini yang lebih realistis meski tidak saya percayai 100% hanya sebatas kemungkinan saja. Kenapa saya cenderung condong pada teori ini?

Pertama, minimal percaya bahwa virus ini ada. Sehingga aware / waspada dengan menerapkan mnimal protocol kesehatan. Selain itu anggapan terhadap vaksin juga lebih positif karena dianggap penawar bukan racun sebagaimana dua teori konspirasi diatas.

Kedua, percaya bahwa ada entitas yang lebih berkuasa daripada pemerintah kita yang menguasai dunia secara ekonomi politik salah satunya melalui dunia kesehatan. Konsekuensinya apa? Ya supaya hidup generasi muda punya visi misi dan tujuan yang jelas dengan berkemauan untuk mencari tahu, mengatasi dan mengubah jika bukan melawan entitas besar ini. Bukan cuma berhenti direbahan, njulidin orang dan kebijakan, sambil ngayal dan ngeyel doang.

Teori konspirasi ini selain lebih realistis juga lebih relevan sebab hal yang masih dipuja dalam peradaban manusia saat ini adalah uang dan kekuasaan. Mungkin jika kiamat belum dekat, prediksi saya hal yang akan dipuja manusia dikehidupan masa depan akan ditambah dengan variabel hidup panjang seperti dalam film-film fiksi ilmiah futuristic dimana rekayasa genetic dapat menghambat hormon penuaan sehingga awet muda dan awet hidup adalah dambaan manusia.

Sisi positif dari teori konspirasi ini akan meningkatkan nasionalisme serta kemauan untuk memajukan industri kesehatan di negeri sendiri seperti memajukan penelitian dalam bidang kesehatan, virologi, farmasi, dan sebagainya. Karena tidak mau terus bergantung pada negara lain yang berakibat mengalirkan sumber daya ekonomi keluar dan selalu menjadi negara konsumen.

Meski demikian sisi negatifnya tetap ada, sama halnya dengan teori konspirasi lain yaitu jadi negatif thinking dan anti asing yang berakibat menjadi orang seperti katak dalam tempurung atau tidak open minded. Hal ini disebabkan rasa curiga berlebihan terhadap produk baru tak terkecuali vaksin.

Harus kita akui memang Indonesia masih lemah dalam industri kesehatan. Tapi bukan berarti membuat Anda turut menjadi lemah akal dengan menjadi golongan anti vaksi bahkan anti prokes. Santernya teori konspirasi covid ini selain karena hoax/ analisa pincang dari para influencer dan buzzer yang Cuma ingin clickbait dan adsense dimana ujungnya uang, didukung pula oleh lemahnya indidvidu dalam hal literasi, tabayunisasi, dan nafsu pribadi yang suka membully, dan kebijakan yang tidak atau belum setertib dan secanggih Cina dan Singapura. Sekali lagi kita bertaruh nyawa hidup mati manusia, lalu masihkah Anda percaya dengan teori-teori konspirasi ini?

Wallahu a'lam Bisshowab

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun