Mohon tunggu...
NOVIYANTI PRIHATIN 121211083
NOVIYANTI PRIHATIN 121211083 Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Kampus Universitas Dian Nusantara

Mahasiswa Kampus Universitas Dian Nusantara Program Studi Akuntansi Mata Kuliah Akuntansi Forensik Dosen Pengampu Prof. Dr, Apollo, M.Si.Ak

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pemikiran Ranggawarsita, Kalasuba, Kalatidha, Kalabendhu dan Fenomena Korupsi di Indonesia

20 Juli 2024   22:54 Diperbarui: 20 Juli 2024   22:54 125
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di Indonesia, korupsi adalah masalah kompleks yang terjalin di seluruh struktur sosial-politik dan ekonomi negara. Korupsi merasuk ke dalam masyarakat dan pemerintahan di semua tingkatan, sehingga menjadi hambatan serius bagi kemajuan dan keadilan. Misalnya saja kasus korupsi Hambalang. Kasus ini melibatkan pembangunan kompleks olahraga untuk Pesta Olahraga Asia Tenggara 2012. Proyek ini secara besar-besaran melebihi anggaran, dan kemudian terungkap bahwa para pejabat pemerintah telah mengantongi jutaan dolar dalam bentuk suap. Kasus ini merupakan pengingat akan masalah korupsi yang sedang berlangsung di Indonesia. Pandangan filosofis Ranggawarsita menawarkan landasan untuk memahami dan menganalisis fenomena ini.

Konteks Sejarah

Sejak sejumlah kecil orang menguasai sebagian besar sumber daya dan otoritas selama era kolonial, korupsi telah ada di Indonesia. Praktik korupsi semakin mengakar setelah kemerdekaan ketika pemerintahan otoriter mengkonsolidasikan kekuasaan mereka. Demokrasi tidak menghapus korupsi, namun justru sering kali mengambil bentuk baru, dan desentralisasi terkadang berkontribusi pada meningkatnya korupsi di tingkat lokal.

Elemen Sosiokultural

Sejumlah elemen masyarakat berperan dalam korupsi yang masih berlangsung di Indonesia. Sistem patronase yang tertanam kuat dalam masyarakat Indonesia adalah sistem patronase, di mana kepatuhan terhadap orang atau organisasi yang berkuasa sering kali lebih diutamakan daripada kepatuhan terhadap hukum. Selain itu, gagasan "asal bapak senang" (asal atasan senang) adalah cerminan dari kecenderungan budaya untuk menempatkan kebutuhan atasan di atas perilaku moral.

Ketidaksetaraan Finansial

Ketidaksetaraan dalam kekayaan adalah faktor penting lain yang membuat korupsi tetap hidup. Ketika sumber daya dan kekayaan tidak terdistribusi secara merata dalam masyarakat, orang-orang yang memiliki posisi kekuasaan dapat memanfaatkan keuntungan ini untuk mengumpulkan kekayaan, sementara mereka yang berada di posisi yang kurang kuat dapat beralih ke taktik yang tidak bermoral untuk menambah penghasilan mereka. Sulit untuk memutus lingkaran setan yang diciptakan oleh dinamika ini.


Menelaah Korupsi melalui Perspektif Ranggawarsita

Sebuah metode yang beragam dan konsisten dengan wawasan filosofis Ranggawarsita diperlukan untuk memerangi korupsi di Indonesia. Berikut ini adalah beberapa taktik penting:

  • Kepemimpinan yang bermoral: Indonesia membutuhkan pemimpin yang menjunjung tinggi prinsip-prinsip moral dan berdedikasi pada keadilan dan keterbukaan, mengikuti jejak Ratu Adil. Budaya integritas dapat dipromosikan dan perubahan dapat diilhami oleh kepemimpinan yang memberi contoh.
  • Transformasi budaya: Masyarakat yang lebih bermoral dapat dicapai dengan mengarahkan kembali cita-cita masyarakat ke arah "eling lan waspada" (sadar dan waspada). Kampanye untuk kesadaran dan pendidikan publik mungkin sangat penting untuk perubahan ini.
  • Reformasi Sistemik: Untuk meningkatkan akuntabilitas dan transparansi, sangat penting untuk memperkuat institusi dan kerangka hukum. Hal ini mencakup perlindungan bagi para pelapor dan penegakan hukum antikorupsi secara ketat.

Terangkum dalam era Kalasuba, Kalatidha, dan Kalabendhu, ide-ide Ranggawarsita memberikan wawasan yang signifikan tentang aspek moral dan etika dari tantangan masyarakat. Penafsirannya tentang Ratu Adil dan fokusnya pada "eling lan waspada" menawarkan landasan konseptual untuk mengatasi masalah-masalah modern seperti korupsi. Dengan mengambil inspirasi dari pengetahuannya, Indonesia dapat mencapai masa ketika kepemimpinan moral dan kesadaran sosial yang waspada akan mengalahkan hambatan korupsi dan menciptakan masyarakat yang adil dan berkembang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun