Mohon tunggu...
Bahas Sejarah
Bahas Sejarah Mohon Tunggu... Guru - Bangsa Yang Besar Adalah Bangsa Yang Menghargai Sejarah Bangsanya Sendiri

Berbagi kisah sejarah

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kisah Pembangkangan Sipil Samin Surosentiko

16 Maret 2023   08:30 Diperbarui: 16 Maret 2023   08:44 2166
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ajaran Sikep ini pun menyebar dengan pesat di kawasan Pegunungan Kendeng Utara dan Selatan, artinya meliputi dua wilayah, Jawa Tengah dan Jawa Timur. Maka, untuk menghindari meluasnya ajaran Samin, Belanda akhirnya bersikap tegas dengan menangkapi para pengikutnya.

Pada tanggal 19 Desember 1907, akhirnya Samin Surosentiko ditetapkan sebagai tersangka utama gerakan pembangkangan sipil kepada Belanda. Beliau pun diadili dengan hukuman pembuangan ke tanah seberang, yakni Padang, Sumatera Barat. Walau sebelumnya beliau sempat dipenjara oleh Belanda di Nusakambangan.

Gerakan ini pun berhasil menyita perhatian publik kala itu, khususnya bagi kalangan intelektual Indonesia. Aksi perlawanan Sedulur Sikep ini pun dianggap sebagai cikal bakal perlawanan tanpa kekerasan yang diadopsi oleh organisasi-organisasi nasional yang bersikap kooperatif kala itu. Khususnya Budi Utomo yang lahir pada tahun 1908.

Uniknya, sikap Samin Surosentiko yang membuang jati dirinya sebagai bangsawan ini konon diikuti oleh pendiri Taman Siswa. Raden Mas Soerjadi Soeryaningrat pun merubah namanya menjadi Ki Hajar Dewantara, agar strata sosial tidak menjadi sekat diantara rakyat Indonesia.

Ada kisah yang menarik tatkala bertemu dengan tokoh Sedulur Sikep beberapa waktu lalu. "Wong Sikep sampai saat ini konsisten, melawan segala bentuk penindasan dan penjajahan, jika hal itu dapat merusak alam", Gunretno. Salam damai, terima kasih.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun