Mohon tunggu...
novita chandra
novita chandra Mohon Tunggu... -

................

Selanjutnya

Tutup

Puisi

(Cerpen) A Moment in My Life

19 Januari 2010   11:28 Diperbarui: 26 Juni 2015   18:23 135
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Cuaca siang ini sangat cerah. Matahari bersinar terik dan langit begitu terang saat aku berdiri di depan aula di SMAku yang dulu. Masa - masa SMAku muncul dalam benakku begitu saja saat aku memandangi aula dengan panggung di depannya. Aku membaca buku kecil yang baru saja kudapat dari ibu Sun.

5 tahun yang lalu

Rainie

Aku siswi kelas 2 SMA yang biasa - biasa saja, namun aku sangat mementingkan ego dan genksiku. Ada seorang cowok yang terus mengejarku selama satu tahun ini, namanya Sun. sun sangat baik, ia selalu memperhatikanku, menghiburku saat aku sedih, menemaniku saat aku kesepian, melindungiku, bahkan Sun tahu apa yang tidak kusuka dan kusuka.

Sun menyatakan perasaannya padaku saat pertengahan semester dan kutolak. Tapi ia tetap baik padaku, sampai aku heran dan bertanya padanya mengapa ia begitu mencintaiku padahal aku tak pernah mengacuhkannya, menjawab dengan ketus setiap pertanyaannya, tak pernah mengangkat teleponnya, tak pernah mau menemuinya saat ia datang ke rumahku, aku orang yang egois dan angkuh. Aku juga berkata bahwa aku tak akan pernah jatuh cinta padanya. Sun hanya menjawab dengan satu kalimat pendek, " itulah kamu, aku mencintaimu yang seperti itu." Aku benar - benar nggak mengerti dengan jalan pikirannya.

Sun

gue mencintai seorang gadis yang keras kepala. gue banyak berkorban buat bantuin dia menyelesaikan masalah - masalahnya. gue selalu hibur dia kalo dia sedih hanya karena masalah kecil, padahal gue sendiri punya masalah yang lebih besar, tapi rainie nggak pernah peduli apapun tentang gue. Dia nggak pernah luluh sama apapun yang gue perbuat untuk dia. Tapi gue mencintai dia yang seperti itu.

Rainie

Malam itu, ia datang ke rumahku. Aku tak mau menemuinya, aku tak mau dianggap cewek gampang. Tapi ia terus menunggu di depan rumahku sambil menatap jendela kamarku sampai akhirnya turun hujan. Kemudian aku membuka jendela kamarku dan berteriak padanya, " kenapa lu masih di situ?! Cepet pulang sana!" ia hanya tersenyum memandangku dan berkata, " gue cuma pengen liat lu." Kemudian ia melambaikan tangan dan pergi. Ya ampun, apa sih maunya tuh orang?

Sun

Malam itu, gue tahu dia lagi kesepian. karena kalo dia kesepian, dia akan berdiri di depan jendela menatap langit, dan Ia melakukannya malam itu. Karena dia kesepian, gue nemenin dia walau hujan turun deras. Gue berharap dia membuka jendela dan berteriak ke gue. Karena saat dia melakukan itu, gue tahu dia terus merhatiin gue dari balik jendelanya.

Rainie

Aku merasa, aku mulai menyukainya. Tapi aku tak mau mengakuinya, apalagi aku pernah bilang aku nggak akan jatuh cinta sama dia. Jika sekarang aku mengakui bahwa aku mencintainya, mau diletakkan dimana harga diriku?! Aku tak mau ia mengira ia telah berhasil meluluhkanku. Maka aku harus menyembunyikan perasaanku, jangan sampai Sun tahu aku mulai mencintainya.

Saat itu, aku sedang bercanda dengan temanku benny di depan kelas. tanpa sengaja aku melihat Sun sedang menatapku. Aku tahu itu tatapan cemburu. Aku berharap ia marah padaku dan mengatakan bahwa ia cemburu. Tapi ia nggak melakukan itu. Sun hanya tersenyum dan terus mengawasiku dari kejauhan. Aku nggak mengerti, kenapa dia tersenyum?

Sun

Gue kesel banget liat dia bercanda sama temen cowoknya. Gue tahu mereka Cuma temen. yang bikin gue cemburu, rainie tersenyum manis, tertawa lepas sama tuh cowok. padahal sama gue, senyum aja males. gue pengen datengin tuh cowok, tapi gue pikir lagi, gue bukan pacar rainie, gue nggak berhak marah sama cowok itu. Gue liat rainie bahagia kayak gini aja udah cukup, makanya gue senyum aja sama dia. Tapi dia malah memalingkan pandangannya dari gue.

Dia nggak pernah mau senyum sama gue. Gue pengen liat dia senyum ke gue, satu kali aja. Mungkin nggak akan pernah terjadi. Tapi gue ngerti, dia memang seperti itu.

Rainie

Aku nggak berani mengakui bahwa aku semakin mencintainya. Untuk menutupi perasaanku, aku pura - pura nggak peduli sama Sun.

Siang itu saat pulang sekolah, Sun hampir mengorbankan jiwanya untuk menolongku. Aku nggak bisa berkata apa - apa, aku terkesima dengan apa yang dia lakukan padaku.

Sun

Siang itu seperti biasa gue mengawasi rainie saat dia berjalan pulang. Gue tau dia ceroboh, makanya gue khawatir.

Saat menyebrang jalan, ia tersandung dan jatuh di tengah jalan. Tanpa berpikir panjang, gue langsung berlari ke arahnya dan memeluknya, mendorongnya ke pinggir jalan. Lengan gue lebam, punggung gue terserempet mobil. Hampir saja rainie ditabrak mobil.

Dia nggak mengucapkan apa - apa, rainie hanya terdiam menatap gue. Gue nggak bermaksud mau meluluhkan hatinya dengan pura - pura nolongin dia, gue Cuma pengen melindungi dia.

Rainie tetap nggak mengacuhkan gue, nggak peduli sama gue. Padahal waktu gue hampir habis. Gue takut nggak sempet liat senyum manisnya ke gue, tawanya, takut nggak sempet membahagiakannya, nggak cukup waktu untuk mencintainya. Akhirnya gue memutuskan untuk menyatakan perasaan gue sekali lagi.

Rainie

Aku sedang berada di acara natal di aula sekolahku. Tiba - tiba di tengah acara, Sun naik ke atas panggung dan menyatakan perasaannya padaku. Sun berkata bahwa ia mencintaiku, aku adalah alasannya mengapa dia ada di dunia hingga saat ini, akulah yang membuatnya bertahan hidup dan membuatnya bersemangat menghadapi hidupnya, hari demi hari. Tapi sebelum ucapannya selesai, ia jatuh. Sun yang selalu melindungiku, menjagaku, jatuh pingsan. Ada apa dengannya?

Sun

Gue udah bilang ke rainie. Gue liat dia tersenyum kecil waktu denger pernyataan gue. Tapi gue nggak sempet berkata, ia harus dapat menyelesaikan masalahnya sendiri, nggak bersedih hanya karena masalah kecil, tak usah merasa kesepian karena sampai kapanpun gue akan terus nemenin dia, ada di sampingnya. Tapi seenggaknya gue udah menyatakan perasaan gue, oleh karena itu gue bisa pergi dengan tenang.

Rainie

Aku benar - benar bingung, sebenarnya apa yang terjadi? Semua orang mengerumuninya. Aku masih tak mengerti sampai aku mendengar dari orang - orang yang mengerumuninya, bahwa ia memiliki penyakit leukimia dan telah divonis hanya dapat hidup hingga usianya 17 tahun. Tapi, bukankah umurnya sekarang 18 tahun? Dan aku baru menyadari, ia bertahan hidup 1 tahun lebih lama dari yang diperkirakan. Apakah karena aku?

Aku berlari mendekatinya dan memeluk tubuhnya yang begitu lemah, menangis dan menyuruhnya bangun. Tapi ia diam saja. Aku berteriak memanggil namanya, tapi ia tak bergerak sedikitpun. Aku berbisik di telinganya bahwa aku juga mencintainya. Tapi terlambat, ia sudah pergi meninggalkanku.

Kini aku merindukan senyumnya, aku ingin mendengar suaranya. Aku ingin Sun menemaniku seperti dulu. Aku ingin dilindungi olehnya dan mengucapkan terima kasih padanya.

Aku menyesal dengan sikapku padanya. Mengapa aku lebih mementingkan ego daripada perasaanku. Aku tak sempat mengatakan bahwa aku bahagia karenanya, aku tersanjung dengan segala yang ia lakukan untukku. Bahkan aku tak sempat mengatakan bahwa aku mencintainya...

Aku masih berdiri di depan aula sambil menggenggam erat sebuah buku kecil, buku yang Sun tulis saat ia masih hidup, buku yang bercerita tentang perasaannya padaku. Aku menutup bukunya setelah selesai membaca kata - kata terakhir yang ia tulis di bukunya, " Rainie, tetap semangat ya, jangan dikalahkan sama masalah - masalahmu. Pasti ada jalan untukmu. Ketika perasaanmu mendung, aku akan menjadi matahari untukmu."aku hanya dapat meneteskan air mata dan mengucapkan terima kasih untuk Sun.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun