Mohon tunggu...
Novita Maria
Novita Maria Mohon Tunggu... Penulis lepas -

infodanproduk.com http://gudanginfodanproduk.blogspot.co.id/ Email : novitamariagassner@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Indonesia Berjudi di Casino Bauksit!

22 Juni 2015   11:10 Diperbarui: 13 Juli 2015   07:15 464
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bauksit mulai dikonsumsi sebesar 6 s.d. 7 Juta Ton guna menghasilkan Alumina 3 Juta Ton atau setara 1,5 Juta Ton Aluminium. Penambahan kapasitas smelter Alumina menyedot modal dan laba pemilik usaha Bauksit lokal. Investor asing baru masih belum tertarik menambah setoran modal karena suplai Bauksit yang besar tidak dibarengi kemampuan smelter memproduksi Alumina yang setara. Akibatnya bagi investor asing, angka pencapaian BEP (Pengembalian modal) dalam bilangan puluhan Trilyun Rupiah berjalan begitu lambat.

¤

Tahun 2020

¤

Kemampuan smelter Alumina nasional menyerap Bauksit telah berkisar 8 s.d. 10 Juta Ton. Industri telah mampu menghasilkan 4 Juta Ton Alumina atau 2 Juta Ton Aluminium. Namun, Alumina tetap tak bisa dieksport karena habis dikonsumsi smelter pencetak Aluminium dalam negeri. Sedangkan sumber daya pertambangan Bauksit yang berkisar 3 Milyar Ton ditambah cadangan 1,5 Milyar Ton akan tetap terkubur dan baru akan habis sekitar tahun 2300 sesuai dengan grafik kemampuan peningkatan kapasitas produksi Aluminium nasional dari tahun ke tahun. Pengembangan industri mutakhir paduan Aluminium tersendat karena pemanfaatan Bauksit yang berjalan lambat mengikuti perkembangan kapasitas smelter.

¤

Tahun 2021

¤

Akhir dari kepemilikan lokal atas industri Bauksit nasional. Persaingan dagang antar pelaku industri Bauksit dimenangkan investor asing. Mereka berhasil menguasai saham mayoritas kepemilikan atas smelter-smelter Alumina dengan harga murah karena pemain lokal terjerat kewajiban membayar hutang. Hal ini terjadi karena modal pengusaha lokal terus tergerus demi untuk meningkatkan kapasitas produksi smelter Alumina. Sementara, akibat dari tidak dibukanya kran eksport Bauksit yang sebenarnya melimpah, tidak tercipta pendapatan tambahan! Perlu diingat, kekuatan finansial adalah salah satu syarat guna memperkuat basis dasar keunggulan industri dan untuk menjamin ketersediaan dana Riset yang berkelanjutan!

¤

Mengapa prediksi ini bisa menjadi kenyataan?

¤

  • 1. Kran eksport Bauksit ditutup sama sekali. Padahal untuk menjadi penghasil Bauksit nomor wahid dunia, Indonesia perlu kerja keras belasan tahun. Tapi kini, banyak industri Bauksit yang tidak mampu lagi membayar kewajiban cicilan dan pokok hutang akibat tidak adanya pendapatan hasil usaha. Selanjutnya, pelaku industri Bauksit lokal tidak lagi memiliki daya saing.

¤

  • 2. Persaingan industri berbahan dasar Bauksit semakin sengit sejak diberlakukannya Pasar Bebas Asean. Ongkos produksi Bauksit, Alumina dan Aluminium Indonesia masih tergolong tinggi dibandingkan dengan biaya di negara lain. Ini berkaitan dengan budaya korupsi, birokrasi yang lamban, prasarana dan sarana yang tidak memadai, logistik yang lambat namun berbiaya tinggi dan tingginya tingkat suku bunga pinjaman, belum lagi kebijakan yang kerap bergonta-ganti sesuai selera Penguasa.

¤

  • 3. Persaingan industri Bauksit, Alumina & Aluminium akan segera berubah menjadi perang dagang pada tahun-tahun mendatang. Saat Bauksit Indonesia dilarang eksport (12/1/14), negara industri besar telah mulai mencermati langkah Indonesia itu dan siap melakukan antisipasi, sebab SDA berikut Cadangan Bauksit Indonesia yang bermilyar Ton tidak bisa dipandang sebelah mata. Maksud Indonesia untuk tidak lagi menjadi negara pengeksport bahan mentah tetapi beralih menjadi pensuplai produksi akhir Aluminium tidaklah akan semudah yang sebagaimana bisa dibaca dalam proposal rapi tersusun. Munculnya Indonesia ke pentas permainan Aluminium dunia tentulah akan sangat mengusik negara-negara industri besar yang sudah berada dalam posisi nyaman. Bila perlu, langkah Indonesia akan dihadapi dengan perang dagang. Negara industri besar akan mengeluarkan Aluminium cadangannya dengan tanpa harus membahayakan kekuatan capitalnya yang memang sudah dibangun tahap demi tahap. Begitu Indonesia berhasil mengeksport 1 Juta Ton Aluminium ke pasar dunia, detik itu juga akan dihadapi dengan kondisi over suplai. Harga Aluminium terjun bebas! Sementara, modal terbatas pemain lokal tidak bisa bertahan dalam hitungan perang dagang yang berjalan tahunan. Kondisi frustasi, akan memaksa pemain lokal menyerahkan mayoritas sahamnya kepada pemain asing yang memang sudah kawakan di industri ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun