Waktu kembali berjalan cepat, hingga masuk di era tahun 2000-an.
Seingat saya, tempat perbelanjaan yang trend pada era ini adalah Wholesale (atau biasa disebut dengan Toko Gudang Rabat) yang memiliki gudang-gudang besar, dan mewajibkan pelanggannya untuk memiliki kartu anggota.
[caption id="attachment_146046" align="aligncenter" width="640" caption="(Toko Gudang Rabat, Sumber: Wikipedia)"][/caption]
Saya yang memang senang "berburu" produk belanja bulanan dengan harga yang bersaing, sengaja membuat kartu langganan tersebut dengan referensi dari kantor tempat saya bekerja.
Walaupun harus berbelanja dengan jumlah yang lebih banyak, saya mendapatkan banyak potongan harga. Dan untuk mensiasati jumlah pembelian yang banyak, biasanya saya "janjian" untuk berbagi pembelanjaan dengan kawan-kawan yang membutuhkan produk yang serupa. Memang sih, saya akui bahwa terkadang saya jadi berbelanja dengan jumlah yang berlebihan.
Dan saat memasuki era 2005, mulai bermunculan Hypermarket-hypermarket yang merupakan toko berukuran raksasa di berbagai daerah.
[caption id="attachment_146050" align="aligncenter" width="300" caption="(Hypermarket, Sumber: Wikipedia)"][/caption]
Hypermarket-hypermarket ini tidak mewajibkan pelanggannya untuk memiliki anggota, hanya "menyarankan" saja agar memiliki kartu kredit yang bekerjasama dengan hypermarket tersebut.
Kehadiran para Raksasa retail ini, memang "agak" menggusur Supermarket dan Toko Gudang Rabat, dan ini ditandai dengan banyaknya Supermarket dan Toko Gudang Rabat yang kemudian terpaksa tutup.
Tetapi menurut saya, wajarlah kalau mereka kalah bersaing. Hypermarket menawarkan sensasi baru, dimana lokasi yang luas, barang yang lengkap, bisa membeli produk secara satuan, terbukti merupakan daya tarik tersendiri.
Saya yang saat itu merupakan seorang ibu rumah tangga dengan satu anak balita, lebih memilih untuk mengunjungi Hypermarket sebagai alternatif belanja keluarga, sekaligus mengajak balita saya "melihat dunia luar".