Mohon tunggu...
Novi Saptina
Novi Saptina Mohon Tunggu... Guru - Guru berprestasi di bidang bahasa dan menaruh perhatian pada kajian sosial dan budaya

Penulis adalah guru. Dalam bidang seni, dia juga menulis skenario drama musikal dan anggota paduan suara. Penulis juga sebagai pengurus lingkungan sekolah. Pada jurnalistik, penulis adalah alumni Akademi Pers dan Wartawan dan turut berpartisipasi sebagai kolumnis koran hingga saat ini

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Emas Bagi Indonesia (Sebuah Catatan Dari BKKBN dan Kompasiana Nangkring di Solo)

28 Agustus 2015   22:16 Diperbarui: 29 Agustus 2015   04:51 201
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Kompasiana Nangkring Bersama BKKBN di Hotel Paragon, Solo"][/caption]

Menjadi Bangsa Yang Besar, adalah cita- cita yang terus diupayakan oleh Bangsa Indonesia yang merdeka 70 th. Dengan Ikon Gambar Garuda Merah Putih, bangsa ini mengingat dahulu nenek moyangnya telah menjadi bangsa yang terjajah. Itu adalah lembaran hitam dan sejarah pahit yang harus dilalui para pendahulu. Mereka berkorban jiwa dan raga, rela terjajah, dan menggeliat berupaya melepaskan diri dari cengkeraman penjajah yang alot dengan politik Devide Et Impera-nya dan Kemudian berhasil menjadi merdeka.

Setelah merdeka, Sang Proklamator pun tak henti selalu memompa semangat anak bangsa, agar jangan lagi menjadi bangsa yang seperti dialami para pendahulu itu, terjajah, dan menderita. Cukup sudah perjuangan mereka yang berharap anak cucunya tidak akan mengalami hal yang sama.

Apakah Bangsa yang Besar itu akan tercapai bila membangun bangunan yang bertatahkan intan berlian? Dengan permadani sutera berlapis benang emas? Apakah seperti itu Bangsa Yang Besar?

 

Nama Harum Bangsa

Untuk menjadi Bangsa yang Besar diperlukan karakter yang kuat. Seseorang yang mempunyai ciri khas dan teguh bependirian, pandai, ramah, pantang menyerah tentunya akan selalu diingat namanya, dan nama itupun akan menjadi besar seiring dengan konsistensinya.

Bukan apalah arti sebuah nama lagi, namun nama Besar atau "Jeneng " dalam bahasa jawa itu memang direncanakan dan dijaga. Entah siapapun orangnya bila kepribadiannya kuat seperti itu, pasti namanya harum. Mengubah semua agar berperilaku seperti ini adalah Revolusi mental yang harus disegerakan. Bagi diri sendiri, bagi alam sekitar, dan bagi Tuhan Yang Maha Kuasa.

Betapa menyenangkan mempunyai bangsa yang anak negrinya saling berempati tinggi, pantang menyerah, pandai, dan ceria menghadapi hari-harinya.

Waras, Wasis, Wareg, dan Mapan; rangkaian kata yang diharapkan bangsa atas anak negrinya.

Waras yaitu semua penduduknya sehat fikirannya sehat bathinnya dan sehat kepandaiannya.

Wasis adalah kepandaian yang dimiliki secara akali, sosial dan religi.

Wareg yaitu ketahanan yang cukup terhadap pangan, dan

Mapan yaitu anak negri harus setle atau berada, cukup eksistensinya, dan sudah mantap identitasnya.

Persembahan Emas

Adalah generasi muda yang 30 tahun lagi saat Indonesia Emas, merekalah yang akan memimpin bangsa . Merekaitu kini diduduki oleh para remaja. Dari generasi inilah harapan besar dan gadangan Indonesia emas berada dari generasi sebelumnya yang sekarang atau saat ini hidup dan mengenyam kedewasaan di negrinya. Mereka adalah putra-putri dari generasi sekarang.

Remaja kini bukan makhluk hidup Tuhan yang akan tumbuh dengan sendirinya. Mereka memerlukan panduan dan pegangan dari orang tuanya. Kebutuhan jiwa raga yang terpenuhi dari remaja ini akan membuahkan hasil yang prima yang nanti saat emadnya akan dipetik hasilnya.

Tulada, Teges, Temen dan Tegel dari orang tuanya akan mengisi tulang sungsumnya dan membentuk pribadi yang kuat tiada tandingannya.

Tulada adalah teladan dari orang tuanya yang berfungsi sebagai panutan untuknya. Teges yaitu pemahaman jati diri yang didapat dari orang tuanya akan menjadikan mereka mengerti tujuan hidupnya. Temen yaitu arti kesungguhan hidup dan orang tuanya yang sangat diperlukan remaja untuk menetangi jalan hidupnya. Dan yang terakhir, yaitu Tegel, adalah sikap yang tidak mendua yang dicontohkan orang tua kepadanya yang sangat diperlukan dalam pengambilan sikap dan keputusan dalam hidup.

Ayah, bunda dan keluarga lah yang menghibur hati remaja ini. Sudah kewajiban orang tua untuk menyelamatkan keluarganya dari hal yang terlarang di dunia untuk menuju tempat yang tetindah di dunia sana. Orang tua oleh agama tidak diperbolehkan untuk meninggalkan generasi yang lemah. Generasi harus kuat, dan generasi yang kuat yang akan mengharumkan nama bangsanya.

Anakmu bukanlah anakmu, dia adalah anak jaman. Luting Jaman Lakoni, artinya pengejawantahan pendidikan anak termasuk remaja ini memang sesuai dengan jaman. Orang tua harus mengikutinya.

Berat memang menjadi orang tua, namun buah manis akan dirasakan kelak. Ibu Pertiwi juga akan mendidiknya sebagai lapangan kehidupannya sebagai Kekayaan Pengetahuan dan Kekayaan Pengalamannya ( Frame of Reference and Field of Experience )

Para orang tua, mohon Petunjuk pada TuhanYang Maha Kuasa, yang tidak tidur dan menguasai alam raya, agar diberi bantuan untuk menjaga buah hati sang remaja calon pemimpin di Indonesia Emas.

Kreatif, profesional, namun arif dan bijaksana gadangan untuk para remaja. Jangan terluka, jangan terhina dan jangan kecewa untuk tumbuh dan bermimpi yang menjulang tinggi di angkasa menemani berkibarnya Sang Merah Putih.

Kuatnya Keluarga Kecil

Memenuhi hak keluarga hanya didapat pada fokusnya keluarga pada sistim pengejawantahannya. Hal ini hanya akan terfokuskan bila dalam satuan kecil keluarga dengan 2 (dua) buah hati yang kuat.

Mendekatkan diri pada Tuhan lebih dekat dengan raga yang ringan terpenuhi haknya. Kesungguhan datang pada Tuhan Yang Maha Esa itu. Hal yang mudah bagi Tuhan untuk mengabulkannya. Bila Tuhan berkehendak, jadilah semuanya

Maka jiwa yang tenang yang terpenuhi haknya datang bersimpuh diatas sajadah, berdoa pada-Nya dan Dia akan datang bagaimana jiwa tenang itu mendekat. Jika kita mendekat pada Allah dengan berjalan, Allah akan mendekat dengan berlari. Jika kita mendekat pada Allah dengan jarak sedepa, Allah akan datang dengan jarak sejengkal. Sejatinya, Allah dekat sedekat urat leher dan nadi kita. Berdoa, dan Allah akan mengabulkan.

Berdoa buah hati kita menjadi orang yang berguna bagi pertiwi dan Allah akan mengabulkannya.

Jayalah Negriku

Maka bukan hanya bangunan yang bertatahkan emas dan intan berlian dengan permadani sutera berlapis benang emas. Namun kepribadian unggul yang kuat yang ditanamkan oleh para orang tua kepada putra-putrinya, yang akan mengubah Indonesia dengan Nama Yang Besar.

Jayalah negriku, aku anak negrimu, baktiku padamu. Terima kasih Allah....

(Novi Saptina)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun