Â
Apa kamu tahu apa itu cinta? Apa kamu bisa merasakan bagaimana warna cinta, harumnya, keindahannya? Saat hati mulai bergetar, tanpa arahan maupun suruhan, kamu berjalan menuju cintamu. Rasakan keindahan dan kebahagiaan yang hatimu berikan pada seluruh jiwa raga. Rasakan bagaimana aliran darah kebahagiaan itu mulai mengalir memenuhi setiap inchi nadi dalam tubuhmu. Indah, sangat indah.
Haris berdiri mematung menatap setiap orang yang berlalu lalang di hadapannya. Menunggu sesosok wajah yang beberapa hari ini selalu dia nantikan kehadirannya. Tak jarang beberapa orang menabrak dan menembus badannya, membuat laki-laki itu sedikit harus menjaga keseimbangan agar tidak terpelanting.
"Haris, sedang apa kamu di sana?" Teriak sebuah suara yang tiba-tiba si pemilik sudah berada di dekat Haris.
"Menunggu," jawab Haris santai sambil membiarkan anak kecil yang tengah berlarian dan menerobos tubuhnya.
"Menunggu gadis cantik itu lagi?" Pertanyaan dari suara yang sama namun saat ini pemiliknya sudah berada tepat di atas Haris. "Kenapa kamu masih menunggunya? Dia tidak akan datang."
"Dia sudah datang," kata Haris dengan senyum mengembang kemudian meleburkan tubuhnya menjadi asap putih dan kembali menjadi Haris saat berada tepat di depan seorang gadis.
Gadis itu adalah Raya, perempuan yang akhir-akhir ini selalu menghabiskan paginya di taman tepi danau tempat Haris tinggal. Haris tergila-gila dengan kecantikan yang dimiliki Raya. Senyum indah Raya mampu meluluh lantahkan setiap inchi tubuh laki-laki itu. Namun senyum Raya selalu tertutup dengan genangan air mata yang selalu dia keluarkan di tempat tersebut. Membuat Haris merasa iba dan semakin ingin masuk ke dalamnya.
"Tuhan, kenapa Engkau harus memberiku jalan hidup seperti ini?" Suara lirih Raya membuat Haris bergemih. Dia sudah sering bersama Raya, tapi baru kali ini mendengar suaranya. Suara yang begitu indah. Tapi kenapa Raya mengatakan hal itu?
"Kenapa aku harus menikah dengan laki-laki yang tidak pernah mencintaiku? Laki-laki yang selalu membuat alasan untuk menjauhi diriku. Seburuk itukah aku dimatanya?" Ucap Raya lirih. "Aku selalu berharap hidup bersama dengan orang yang aku cintai dan juga mencintaiku. Aku selalu bermimpi hidup bahagia dengan kekasih pujaan hatiku. Tapi kenapa kenyataannya seperti ini Tuhan? Kenapa Engkau sangat tidak adil kepadaku?" Kali ini dengan air mata yang sudah mengalir deras dari kedua matanya.
Haris sangat tidak tega melihat pemandangan ini. Perempuan yang sangat dia cintai tidak seharusnya menangis dan menderita seperti ini. Dalam hati dia berjanji akan mengupayakan segala hal untuk melihat Raya bahagia.