Mohon tunggu...
Novilianti Purnamadewi
Novilianti Purnamadewi Mohon Tunggu... Guru - Guru

Novilianti Purnamadewi adalah seorang Guru Bahasa Inggris yang berasal dari Garut

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Labirin Jagung Vio

29 Juni 2024   21:11 Diperbarui: 29 Juni 2024   21:22 77
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dua adik beradik itu Vio dan Andrew nampak berpamitan kepada bundanya.

"Kita pamit bun mau main," seru Andrew dengan bersemangat.

"Pulang sebelum Ashar ya, abis itu ngaji," biarlah pikir bundanya ini kan hari libur.

Vio dan Andrew ternyata janjian dengan anak-anak sebayanya di bukit belakang sekolah. Terlihat buah alpukat menghijau ranum tanda buah sudah matang. Kata bunda itu alpukat mentega, lembut rasanya. 

Buah raspberry yang memerah seringkali disangka sebagai strawberry oleh Vio ternyata masam rasanya, lebih enak dibuat selai oleh bunda. Pepaya yang mulai menguning, jambu air, jambu batu semua ada di bukit belakang sekolah, termasuk buah kopi yang pernah vio gigit dan ternyata rasanya manis, tidak pahit seperti yang dibayangkannya, Kata bunda memang manis yang pahit itu biji kopinya. 

Bunda suka mengekstraksi biji kopi sendiri, kata bunda hasil kopinya lebih enak dan harum. Bunda bilang dulu negara kita negara agraris, swasembada pangan dan mempunyai garis pantai terpanjang di dunia tapi sekarang kenyataannya beras dan garam pun diimpor, itu kata bunda. 

Bunda selalu nampak sedih ketika di kelas mengajarkan kita sebuah lagu, dan ini sedikit penggalannya 'orang bilang tanah kita tanah surga, tongkat kayu dan batu jadi tanaman' tetapi kenyataannya tidak seperti itu. Itulah yang menjadikan bunda rajin menggarap tanah di belakang sekolah, meskipun itu bukan milik bunda tetapi pemerintah. 

Biarpun suatu hari bisa saja tanah itu diambil secara tiba-tiba tetapi bunda tak akan menyesal sudah menghijaukan dan merimbunkannya, biarlah anak cucu bunda atau orang lain merasakan Oksigen yang dikeluarkan tanaman tersebut dan menyerap karbondioksida serta polusi sehingga atmosfer menjadi sejuk. 

Rumah bunda tepat berada di pinggir SD Negeri tersebut, tepatnya rumah milik pemerintah. Kalau berbicara tentang bunda tak akan ada habisnya, selalu saja ada 'kata bunda."

****

"Vio," Andrew mengagetkan adiknya yang sedang melamunkan perkataan bundanya.

"Dzig...Kebiasaan ngagetin orang ga bilang-bilang," Vio meninju bahu kakaknya, Andrew.

"Kalau bilang-bilang itu namanya pengumuman hhaaha," Andrew mengacak poni adiknya.

Terlihat Vio mengubek-ubek ranselnya. Dikeluarkanya banyak bendera mungil berwarna pink, gulungan pita berwarna pink, kotak makan, botol minum, teropong, semua dalam warna yang sama. Sudah seperti kantong ajaib rupanya ransel gadis itu.

"OK, semua anak cowok ikut Andrew memasang bendera di labirin tanaman jagung wak Komar, anak cewek ikut Vio petik beberapa jagung buat kita bakar nanti, tenang aja kemaren wak Komar udah ngijinin kita bermain di ladang jagung ini," Andrew memberikan komando kepada teman-temannya.

Wak Qomar sebenarnya hanya tetangga, sama sekali bukan saudara. Tetapi dia memang sudah seperti uwaknya sendiri, bahkan uwak bagi semua anak di Kampungnya. Wak Qomar sengaja menanam tanaman jagung membentuk labirin, memang supaya bisa digunakan sebagai tempat bermain anak-anak di kampungnya. nek Siti sebenarnya ingin menamakan wak Qomar dengan nama Udin tetapi karena wak Qomar lahir tepat ketika bulan terlihat jelas maka nama Udin disandingkan dengan nama Qomar, jadilah Qomarudin. Tetapi wak Qomar sendiri lebih senang dipanggil dengan nama Qomar, lebih keren katanya.

"Vio, mana bendera sama pitanya... Vio..." Andrew celingak-celinguk mencari adiknya.

"Kakak, aku di sini, teriak Vio sembari melambaikan tangan ke arah kakaknya.

"Ngapain kamu di situ Vio, cepat turun," Teriak Andrew menahan kesal.

"Ga bisa turun, kak," Vio meringis ketakutan.

"Hahaha lagian ngapain kamu Vio, bisa naik ke pohon jambu air tapi ga bisa turun," Andrew tak tahan membendung tawanya.

"Ini sebenarnya kakak yang salah, ngajarin aku naik pohon tapi belum sempat ngajarin cara turunnya," Ucap Vio dengan polosnya.

"Jahahaaa... ," kali ini tawa Andrew benar-benar meledak, dia tidak menyangka adiknya selugu itu, "iya-iya sini kakak bantu turun," Andrew berjongkok dan Vio pun menginjak punggung Andrew supaya bisa menjejak tanah.

Vio menghampiri ransel yang tergeletak di tanah kemudian tangan mungilnya menyodorkan beberapa buah bendera dan pita kepada kakaknya.

"Vio ko warnanya pink semua," protes Andrew.

"Kan kakak ga memberitahu warnanya harus apa," timpal Vio

Andrew kali ini benar-benar menyerah, biarlah bendera berwarna pink tetapi hatinya setegar harimau menghadapi segala tingkah konyol adiknya.

Andrew dan beberapa kawannya mulai mengikat bendera dengan pita pada tanaman jagung. Dari kejauhan wak Qomar datang menghampiri kerumunan anak-anak tersebut.

"Hei, biar uwak yang memasang benderanya. Kalau kalian yang pasang maka akan dengan mudahnya bendera tersebut kalian temukan karena tentunya kalian akan ingat persis dimana meletakannya," wak Qomar memberikan ide dan rupanya memang benar idenya tersebut sehingga anak-anak pun memberikan semua benderanya kepada wak Qomar. Dengan cekatan wak Qomar akhirnya selesai memasang semua bendera di tempat-tempat yang tidak akan terduga oleh Vio, Andrew dan teman-temannya karena wak Qomar lebih tau setiap liku labirin jagung buatannya.

Pertandingan dimulai, anak-anak dibagi menjadi dua kelompok dengan wak Qomar sebagai jurinya. Grup Andrew dan Raka dengan masing-masing grup terdiri dari tiga orang, mereka diharuskan menemukan bendera dan membawanya keluar dari labirin. Grup yang terlebih dahulu keluar dari labirin dan membawa paling banyak bendera maka itulah pemenangnya. 

Lomba pun dimulai. Kedua grup masuk ke dalam labirin, mulai mencari bendera sebanyak-banyaknya. Sementara Vio dan anak perempuan lainnya mengumpulkan ranting di sekitar area labirin kebun jagung. Setelah terkumpul banyak, diberikannya ranting tersebut kepada wak Qomar. Diletakannya ranting-ranting tersebut membentuk sebuah gundukan. Wak Qomar menuangkan sedikit cairan bensin lalu menyulut ranting dengan korek api, seketika api melahap ranting dengan cepat pertanda jagung siap untuk dibakar. Tanpa dikomando, Vio dan teman-temannya mulai menyusun jagung yang sudah dibersihkan di atas ranting yang membentuk api unggun, perlahan bau jagung bakar mulai menyeruak, agak sedikit manis baunya.

Dari kejauhan nek Siti nampak membawa ceret besar lengkap beserta cangkir yang menelungkup di bibir ceret. Vio tergopoh menghampiri ibu dari wak Qomar tersebut. 

"Nek, biar Vio yang bawa," Vio langsung mengambil ceret dari tangan nek Siti.

"Iya, terima kasih cu," senyuman nek Siti memperlihatkan giginya yang merah karena mengunyah sirih bercampur kapulaga. Nampak giginya berderet rapi, tak ada satupun yang tanggal. 

Vio teringat perkataan bundanya. Kata bunda sirih itu memperkuat gigi makanya orang yang mengunyah sirih giginya akan kokoh begitu juga dengan nek Siti. Selain memperkuat gigi, bunda juga menjelaskan bahwa daun sirih dengan nama latinnya Piperis Bettle Folium mengandung antiseptik yang juga melawan kuman di dalam rongga mulut. Sungguh perkataan bunda terpatri jelas dalam ingatan Vio. Pantas saja nek Siti tidak ompong pikir Vio sembari tersenyum diam-diam.

Wak Qomar membalikkan bagian jagung yang nampak matang terpanggang api sembari mengipas-ngipas api. 

Dari arah labirin, Raka diiringi dua orang anak dari timnya keluar dengan terengah-engah sambil mengacungkan bendera dalam genggamannya, "Wak, ini benderanya"

Tak lama menyusul Andrew dan kawannya pun menghampiri wak Qomar, "Eurghh...tim kita kalah cepat, umpatnya

"Ini bukan perkara siapa yang paling cepat, mari kita hitung bendera tim mana yang paling banyak," wak Qomar mengingatkan kembali aturan mainnya.

Tak lama kemudian hasilnya diketahui, meskipun kalah cepat tapi tim Andrew lah yang berhasil memboyong bendera terbanyak. 

"Wak, yang menang hadiahnya apa," Andrew iseng bertanya siapa tahu wak Qomar menyiapkan sesuatu untuk mereka.

"Keh...keh...keh..hadiahnya jagung bakar , ditambah seceret es tebu buatan ibuku" wak Qomar terkekeh disambut teriakan 'huuu' oleh semua anak.

Setelah puas mengisi perut mereka mulai membereskan perlengkapan dan bersiap untuk pulang. 

"Ini jagung untuk ibumu," nek Siti memberikan sekantung jagung kepada Edward, tak lupa juga kepada anak-anak lainnya.

"Asiiiik... kata bunda jagung bisa diolah menjadi kue talam jagung, berondong jagung, zuppa soup dan makanan enak lainnya nek," Selalu kata bunda yang terpatri di benak Vio.

"Satu lagi kak, ayo pulang kata bunda kita harus ngaji," Vio melanjutkan kata-katanya.

Kata bunda anak kecil ga boleh pulang lewat magrib karena para jin memang berkeliaran diantara pergantian siang ke malam. Itu kata bunda.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun