"Nek, biar Vio yang bawa," Vio langsung mengambil ceret dari tangan nek Siti.
"Iya, terima kasih cu," senyuman nek Siti memperlihatkan giginya yang merah karena mengunyah sirih bercampur kapulaga. Nampak giginya berderet rapi, tak ada satupun yang tanggal.Â
Vio teringat perkataan bundanya. Kata bunda sirih itu memperkuat gigi makanya orang yang mengunyah sirih giginya akan kokoh begitu juga dengan nek Siti. Selain memperkuat gigi, bunda juga menjelaskan bahwa daun sirih dengan nama latinnya Piperis Bettle Folium mengandung antiseptik yang juga melawan kuman di dalam rongga mulut. Sungguh perkataan bunda terpatri jelas dalam ingatan Vio. Pantas saja nek Siti tidak ompong pikir Vio sembari tersenyum diam-diam.
Wak Qomar membalikkan bagian jagung yang nampak matang terpanggang api sembari mengipas-ngipas api.Â
Dari arah labirin, Raka diiringi dua orang anak dari timnya keluar dengan terengah-engah sambil mengacungkan bendera dalam genggamannya, "Wak, ini benderanya"
Tak lama menyusul Andrew dan kawannya pun menghampiri wak Qomar, "Eurghh...tim kita kalah cepat, umpatnya
"Ini bukan perkara siapa yang paling cepat, mari kita hitung bendera tim mana yang paling banyak," wak Qomar mengingatkan kembali aturan mainnya.
Tak lama kemudian hasilnya diketahui, meskipun kalah cepat tapi tim Andrew lah yang berhasil memboyong bendera terbanyak.Â
"Wak, yang menang hadiahnya apa," Andrew iseng bertanya siapa tahu wak Qomar menyiapkan sesuatu untuk mereka.
"Keh...keh...keh..hadiahnya jagung bakar , ditambah seceret es tebu buatan ibuku" wak Qomar terkekeh disambut teriakan 'huuu' oleh semua anak.
Setelah puas mengisi perut mereka mulai membereskan perlengkapan dan bersiap untuk pulang.Â