Tadinya saya hanya bertanya-tanya mengapa Mustafa Kebab bisa seterkenal itu. Apakah rasanya benar-benar berbeda dari Kebab Turki kebanyakan yang ada di Jerman?
Tak tahunya, kami sangat dikejutkan dengan reputasi kebab ini. Tiba jam 9 malam di Mustafa Kebab, dan antriannya sudah sepanjang ular naga. Panjang banget! Kami mengantri selama satu jam hanya untuk membeli sebungkus kebab! Bukan main rasanya mengantri dengan cuaca yang dingin dan tanpa tempat duduk.Â
Di tengah-tengah antrian, berhubung malam tahun baru semakin mendekat, suara kembang api dan petasan pun semakin terdengar dimana-mana.
Beberapa orang bahkan melemparkan petasan ke tengah jalan, sesuatu yang membuat saya semakin terkejut karena hal tersebut terjadi di Jerman. Atau, lebih tepatnya terjadi di Berlin.
"Wah waah, Berlin benar-benar seperti bukan Jerman", pikir saya lagi saat itu.
Jantung saya dibuat semakin terkejut saat, masih di tengah-tengah antrian, saya melihat seseorang membawa pistol! Sambil berdebar-debar tidak karuan, saya berusaha tidak melihat ke arah pria tersebut tapi sesaat kemudian..."Dor!"
Pria tersebut menembakkan pistolnya entah ke arah mana, yang jelas bukan untuk melukai seseorang saat itu, mungkin hanya untuk meramaikan suasana. Tapi tetap saja, kejadian itu cukup membuat khawatir dengan tahun baru di Berlin.
Untunglah tak lama setelah itu kami mendapatkan giliran untuk membeli kebab dan keluar dari barisan antrian yang masih mengular hingga kabarnya jam 2 pagi. Oh ya, Mustafa Kebab ini buka dari jam 2 siang hingga jam 2 pagi setiap harinya.
Lalu, seperti apa rasa kebab yang super terkenal ini? Jawabannya adalah, tiada tara! Sehr sehr lecker! Cita rasanya memang sangat berbeda dengan kebanyakan Kebab Turki di Jerman. Sampai saat ini saja terkadang saya masih suka mengingat-ingat rasa Mustafa Kebab yang tidak hilang dari lidah ini.
Potongan kentang goreng dan terong yang lembut, tak ditemukan di kebab-kebab lainnya di Jerman.Yumm!!! Tak heran jika antriannya bisa sepanjang ular naga.
Lepas dari Mustafa Kebab, kami kembali ke pusat kota. Niatnya untuk menikmati malam tahun baru yang mulai semakin ramai. Meski di sepanjang jalan tetap saja Berlin kembali memberikan kejutan-kejutan lainnya. Misalnya saja, orang-orang yang melemparkan petasan ke tengah jalan saat kami sedang lewat. Sampai-sampai kami harus berlari terbirit-birit!