Siang itu, Alexanderplatz terlihat sangat ramai. Tak hanya oleh para pengunjung yang sedang sibuk berbelanja, tapi juga oleh para pengunjung yang baru saja tiba di Berlin dengan koper-koper dan ransel mereka.
Meski angin mulai bertiup dan membuat menggigil, tak ada satu pun sudut yang sepi di pelataran Alexanderplatz.
Sekali lagi, Berlin tak terasa seperti Jerman. Berlin terasa seperti negara lain yang berbeda dari Jerman.
Berkunjung ke Berlin rasanya tak lengkap jika tidak menyambangi berbagai tempat bersejarah saat Jerman Barat dan Jerman Timur belum bersatu dulunya. Apalagi, jika tidak menyaksikan sisa-sisa runtuhan Tembok Berlin yang masih tersimpan di sana.
Kami pun berjalan hingga Checkpoint Charlie, titik yang sangat dekat dengan Mauermuseum (Museum Tembok Berlin).
Checkpoint Charlie merupakan salah satu tempat paling bersejarah pada masa Perang Dingin karena keberadaannya menunjukkan batasan antara Jerman Barat dan Jerman Timur. Keberadaan dari Checkpoint Charlie diantaranya bertujuan untuk menekan laju perpindahan masyarakat dari Jerman Timur ke Jerman Barat.Â
Di masa sekarang, Checkpoint Charlie menjadi salah satu tempat wisata yang terkemuka di Berlin.
Di dekatnya, yang masih juga menjadi bagian dari Museum Tembok Berlin, terdapat sisa runtuhan Tembok Berlin yang masih dilestarikan sebagai peninggalan sejarah.Â
Uniknya lagi, di banyak toko suvenir di Berlin, banyak pula yang menjual potongan dari reruntuhan Tembok Berlin ini sebagai suvenir. Potongan-potongan tersebut diwarnai bermacam-macam sehingga nampak lebih cantik.
Tapi, entah apakah suvenir tersebut benar-benar serpihan Tembok Berlin yang asli atau bukan, kita tak pernah tahu.