Pengalaman saya dengan dokter gigi, saya harus menunggu selama satu bulan untuk memperoleh jadwal penanganan dengan dokter gigi. Untung saja saat itu masalahnya bukan hal yang serius, sih. Jadi, masih bisa ditahan.
Tapi, kedua kalinya saya harus melakukan operasi gigi bungsu, saya harus menunggu satu bulan dan saya mencoba untuk bernegosiasi.Â
Pada akhirnya, saya berhasil mendapatkan jadwal dua minggu lebih awal untuk operasi gigi bungsu.
Teman saya bahkan harus menunggu hingga dua bulan lamanya saat ingin membuat janji dengan dokter mata dan juga Ginekolog.
Tentu tidak semua kasus, ya. Jika keluhan kita termasuk hal yang darurat, kita bisa saja bernegosiasi dan meminta jadwal pertemuan lebih awal.
Jadi, tidak bisa seperti di Indonesia saat kita bisa kapan saja datang menemui dokter dan langsung memperoleh penanganan.Â
Di Jerman, kita harus membuat janji terlebih dahulu dan rentang waktunya bisa bervariasi mulai dair berhari-hari, berminggu-minggu, hingga berbulan-bulan lamanya.
5. Transportasi umum terjadwal beserta halte-halte pemberhentian
Kalau ini, bisa juga disebut sebagai culture shock yang memicu kedisiplinan diri yang lebih baik lagi.
Jadwal-jadwal keberangkatan dan kedatangan transportasi umum sangat teratur. Terlambat menunggu bus sepuluh menit saja, kita bisa menunggu kedatangan bus berikutnya hingga sepuluh menit lamanya dan itu bisa berakibat terlambat menaiki metro atau subway hingga dua puluh menit lamanya.
Terbayang kan jika kita terlambat sampai halte pemberhentian, sudah pasti tergesa-gesa dan terlambat juga tiba di tujuan.
Tidak ada ojek online atau becak yang bisa kita panggil sewaktu-waktu untuk mengantar kita yang tertinggal bus atau angkot.