Di tengah perubahan global yang cepat, konsep Sustainable Transition Pathway menjadi relevan untuk berbagai sektor, termasuk Agrifood SME (Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah) di Indonesia. Konsep ini merujuk pada proses sistematis untuk mengubah sektor-sektor yang tidak berkelanjutan menjadi lebih ramah lingkungan, berkelanjutan secara ekonomi, dan berkeadilan sosial.
Namun, banyak Agrifood SME di Indonesia masih beroperasi dengan praktik yang belum memenuhi standar keberlanjutan. Mari kita eksplorasi lebih dalam mengenai poin-poin ini dan bagaimana Sustainable Transition Pathway dapat menjadi solusi yang efektif.
 1. Apa itu Peta Jalan Transformasi (Sustainable Transition Pathway)?
Sustainable Transition Pathway adalah peta jalan transformasi yang membantu sektor atau organisasi beralih dari kondisi tidak berkelanjutan ke kondisi yang lebih ramah lingkungan dan sosial. Proses ini melibatkan inovasi teknologi, perubahan kebijakan, dan kesadaran sosial, dengan tujuan utama untuk memastikan ketahanan ekonomi jangka panjang, kesejahteraan masyarakat, serta kelestarian lingkungan.
Konsep ini melibatkan beberapa tahapan penting:
- Eksplorasi: Mengidentifikasi masalah yang ada dan mengeksplorasi solusi yang mungkin.
- Eksperimen: Mencoba solusi baru dalam skala kecil.
- Ekspansi: Menerapkan solusi yang berhasil ke dalam skala yang lebih besar.
- Transformasi: Mengintegrasikan perubahan secara luas untuk mengubah sistem secara keseluruhan.
 2. Agrifood SME di Indonesia: Tantangan yang Belum Berkelanjutan
Agrifood SME di Indonesia memainkan peran penting dalam perekonomian nasional, terutama dalam menyediakan makanan dan lapangan pekerjaan. Namun, banyak di antara mereka masih menghadapi tantangan besar dalam hal keberlanjutan. Beberapa poin utama yang menunjukkan belum tercapainya keberlanjutan di sektor ini antara lain:
- Penggunaan Sumber Daya yang Tidak Efisien: Banyak Agrifood SME masih menggunakan praktik pertanian tradisional yang boros air dan energi. Misalnya, penggunaan irigasi yang tidak terkontrol dan pemakaian pupuk kimia yang berlebihan dapat merusak lingkungan dan menurunkan kualitas tanah.
- Rantai Pasok yang Tidak Transparan: Minimnya digitalisasi dalam rantai pasok membuat pengelolaan sumber daya sulit dipantau. Hal ini menciptakan ketidakmampuan untuk melacak asal-usul produk, yang penting dalam memenuhi standar keberlanjutan.
- Kurangnya Akses ke Teknologi Modern: Banyak SME kesulitan mengadopsi teknologi inovatif karena terbatasnya akses ke pendanaan, pelatihan, dan infrastruktur digital yang memadai. Tanpa teknologi, efisiensi dan keberlanjutan sulit dicapai.
- Limbah yang Tinggi: Di banyak daerah, limbah produksi agrifood tidak dikelola dengan baik. Limbah organik dan plastik yang tidak terolah menciptakan masalah lingkungan yang serius, mulai dari pencemaran tanah hingga emisi gas rumah kaca.
- Ketahanan Terhadap Perubahan Iklim: Banyak Agrifood SME rentan terhadap cuaca ekstrem yang semakin sering terjadi akibat perubahan iklim. Tanpa strategi adaptasi yang baik, bisnis mereka menghadapi risiko kegagalan panen dan gangguan rantai pasok.
 3. Bagaimana Sustainable Transition Pathway Bisa Membantu?
Untuk membawa Agrifood SME dari tidak berkelanjutan menuju keberlanjutan, Sustainable Transition Pathway memberikan beberapa pendekatan yang dapat diimplementasikan:
- Penggunaan Teknologi Digital untuk Transparansi dan Efisiensi: Digitalisasi rantai pasok dengan teknologi seperti blockchain atau IoT (Internet of Things) bisa membantu SME melacak asal-usul produk, memantau penggunaan sumber daya, dan meningkatkan efisiensi. Ini juga dapat memfasilitasi sertifikasi produk berkelanjutan, yang penting untuk memasuki pasar global.
- Inovasi dalam Pengelolaan Sumber Daya: Teknologi pertanian cerdas seperti precision farming dapat membantu petani mengoptimalkan penggunaan air, pupuk, dan pestisida, sehingga mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan dan meningkatkan hasil produksi.
- Akses pada Energi Terbarukan: Agrifood SME dapat mengadopsi energi terbarukan, seperti tenaga surya atau biomassa, untuk mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil. Dengan ini, mereka tidak hanya mengurangi jejak karbon tetapi juga dapat menekan biaya operasional jangka panjang.
- Edukasi dan Penguatan Kapasitas: Program-program pelatihan yang berfokus pada penerapan teknologi hijau dan praktik pertanian berkelanjutan perlu diperluas. Edukasi ini harus mencakup bagaimana mengelola limbah secara lebih baik, cara menghadapi perubahan iklim, dan cara mengakses pendanaan hijau.
- Kolaborasi Antar Pemangku Kepentingan: Kolaborasi antara pemerintah, sektor swasta, lembaga keuangan, dan organisasi non-pemerintah sangat penting untuk mendukung SME dalam perjalanan mereka menuju keberlanjutan. Ini termasuk penyediaan insentif finansial, kemudahan akses ke pasar, serta program pendanaan hijau yang mendukung adopsi teknologi ramah lingkungan.
 4. Dampak Jangka Panjang: Membangun Ketahanan dan Daya Saing
Dengan menerapkan prinsip-prinsip dari Sustainable Transition Pathway, Agrifood SME di Indonesia akan memiliki peluang yang lebih baik untuk bertahan dalam menghadapi tantangan global seperti perubahan iklim, fluktuasi pasar, dan kebutuhan konsumen akan produk yang lebih ramah lingkungan. Selain itu, SME yang menerapkan teknologi berkelanjutan juga dapat meningkatkan daya saing mereka di pasar internasional, di mana keberlanjutan menjadi semakin penting.
 Kesimpulan
Sustainable Transition Pathway bukan sekadar teori, tetapi peta jalan praktis yang bisa membawa Agrifood SME di Indonesia menuju praktik yang lebih berkelanjutan. Dengan inovasi teknologi, peningkatan transparansi, dan dukungan kebijakan, sektor agrifood bisa bertransformasi menjadi pilar keberlanjutan yang tangguh dan kompetitif di masa depan.
Ini adalah waktu yang tepat bagi Agrifood SME di Indonesia untuk beralih dari praktik tidak berkelanjutan ke praktik yang lebih bertanggung jawab, menguntungkan, dan tahan lama.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H