Mohon tunggu...
Noviea AryAndriani
Noviea AryAndriani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Organisatoris

Mahasiswa Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Malang

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Adakah Solusi bagi Jutaan Sampah di Bali?

8 Juni 2021   15:53 Diperbarui: 8 Juni 2021   16:06 151
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sampah-sampah tersebut diserok dan dikumpulkan di satu tempat agar lebih udah untuk pengelolaan selanjutnya. Inovasi yang dilakukan oleh Sungai Watch ini adalah membuat penahan sampah plastic dengan tabung-tabung khusus berukulanm kecil yang dirangkai kemudian dibentangkan di sisi vertikal sungai untuk menahan sampah-sampah yang ikut mengalir.

Inovasi lain yang tercipta yaitu "Tukad Mati" yaitu rangkaian drum biru bengkas yang disusun dan dibentangkan melawan arus sungai untuk menahan sampah-sampah yang terbawa aliran sungai.

Konsep pengelolaan sampah yang dilakukan dengan mengumpulkan sampah-sampah tersebut kemudian dipilah kembali. Sampah plastik yang paling mendominasi ini dihancurkan agar dapat diolah dan digunakan kembali.

Apakah ada solusi lain untuk menekan tumpukan sampah yang ada di Bali? Terlebih lagi problematika sampah plastik di Indonesia?

Mengkampanyekan konsep 3R yaitu Reduse, Reuse, dan Recycle dapat menjadi langkah awal kita sebagai masyarakat yang harus peduli dengan alam. Konsep tersebut sudah lama kita kenal namun tidak seluruh orang dapat melakukannya. Selain itu kita lebih speak up terhadap permasalahan lingkungan dengan langkah sederhana yaitu me-repost postingan yang berkaitan dengan berita kondisi alam terkini di media sosial dengan harapan para masyarakat dapat lebih peduli dengan alam dan lingkungan.

Selain tidak membuang sampah secara sembarangan, perlunya menggunakan plastik secara bijak yakni mengurangi sampah plastik seperti tidak menggunakan kresek plastik secara berlebihan, terlebih menggantinya dengan tas atau wadah yang tidak sekali pakai. Mengajarkan kepada orang-orang sekitar terutama para anak-anak yang menjadi penerus bangsa untuk menerapkan rasa cinta dengan alam dan lingkungan.

Kemudian solusi-solusi lain adalah menghimpun para pecinta lingkungan untuk membentuk komunitas-komunitas yang peduli akan alam dan lingkungan. Indonesia membutuhkan orang-orang seperti ini, orang yang bersatu untuk sama-sama melindungi alam agar terminimalisir terjadinya kerusakan.

Pembentukan komunitas dapat dibentuk dengan menghimpun para pemulung-pemulung yang ada di wilayah sekitarnya untuk membentuk sebuah organisasi atau komunitas yang cinta terhadap lingkungan. Selain jasa mereka dalam mengumpulkan dan memilah sampah tidak stagnan begitu saja maka perlunya diadakan pemberdayaan.

Pembentukan komunitas ini dibekali dengan pengetahuan-pengetahuan tentang sampah, cara pengelolaan, hingga daur ulang sampah yang dapat menghasilkan pendapatan yang lebih. Bekerjasama dengan komunitas lain  yang sudah lebih besar agar mendapatkan dukungan yang lebih luas. Komunitas ini pun sebagai  bentuk pemberdayaan para pemulung, selain menjaga dan melindungi alam dengan baik, ekonomi mereka pun terangkat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun