Mohon tunggu...
Noviea AryAndriani
Noviea AryAndriani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Organisatoris

Mahasiswa Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Malang

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Adakah Solusi bagi Jutaan Sampah di Bali?

8 Juni 2021   15:53 Diperbarui: 8 Juni 2021   16:06 151
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

Siapa yang tidak mengenal Pulau Bali? Pulau yang dikenal dengan destinasi wisata terkenal di Indonesia, berbagai wisata keindahan alamnya yang sangat memukau yang membuat wisatawan selalu ingin berlibur ke Pulau Bali.  Daya Tarik Pulau Bali yang menjadikannya sebagai kawasan pariwisata dengan berbagai pantai, sungai, hutan lindung, danau, penggunungan hingga persawahan yang nampak hijau dan memanjakan mata.

Pulau yang memiliki daya magnet yang sangat besar dalam menarik para wisatawan dari dalam negeri maupun dari manca negara ini telah berhasil menyumbang  kesuksesan dalam bidang ekonomi pariwisata di Indonesia.

Namun, di balik  keindahan pariwisata Pulau Bali, tersimpan hal pilu yang membuat hati merasa miris, terkhusus bagi pecinta lingkungan. Jutaan sampah yang tak terkendali telah mencemari berbagai kawasan di Pulau Bali. Keberadaan sampah plastik yang terbuang secara sembarangan ini menimbulkan bau yang tidak sedap dan tidak elok dipandang.

Problematika tentang sampah plastik semakin hari semakin bertambah.  Sampah-sampah di kawasan sungai dan pantai Bali ini telah disorot oleh berbagai komunitas pecinta lingkungan di kawasan Bali hingga komunitas di luar negeri.

Hal tersebut dipublikasikan oleh @savethereef, organisasi atau komunitas pecinta lingkungan dan hewan. Dilansir dalam postingan video di Instagram @savethereef, Senin (29/3/2021) dalam captionnya menerangkan bahwa video tersebut direkam berlokasi di sebuah lahan baru Tabanan Selatan, Bali. Sebanyak 3 truk telah membuang sampah pada setiap harinya. Dikarenakan hujan lebat, sampah-sampah tersebut terbawa aliran hujan hingga masuk ke sungai Yeh Sungi (salah satu sungai paling tercemar di Bali).

Semakin hari, sampah-sampah tersebut semakin menumpuk di sepanjang bantaran sungai. Dikarenakan realokasi dana pengelolaan limbah dialihkan untuk penanganan tanggapan Covid-19, para masyarakat akhirnya tidak punya pilihan lain selain membuang sampah secara sembarangan dan illegal.

Kemudian terdapat video lain dalam postingan @makeachange.world, Rabu (2/5/2021) dalam captionnya menjelaskan bahwa sebuah penelitian baru yang dirilis oleh @scienceadvances dan @theoceancleanup mengungkapkan bahwa 80% dari polusi sampah plastic di laut berasal dari 1000 sungai yang ada di Bali.

Hasil penelitian tersebut berkesinambungan dengan postingan video sebelumnya pada Instagram @makeachange.world, Selasa (5/1/2021) dalam captionnya yang menjelaskan bahwa dalam video tersebut terekam kondisi pantai Kuta yang merupakan pantai terpopuler di Bali Selama beberapa waktu terakhir, pantai Kuta dipenuhi dengan jutaan sampah yang populasinya semakin membengkak. Wilayah bandara Ngurah Rai yang dibangun di atas tanah reklamasi diibaratkan sebagai teluk penahan sampah plastik yang mengalir diantara laut Jawa Bali Utara.

Dibutuhkannya instruksi dan infratruktur secara cepat dan tanggap dalam pengelolaan sampah ini. selain itu perlu ditegakkan kembali peraturan-peraturan terkait dengan pembuangan sampah maupun limbah supaya produksi sampah dapat dikendalikan.

Lalu siapakah saja yang tanggap akan  permasalahan ini? hadirnya komunitas Sungai Watch yang merupakan Komunitas pecinta lingkungan yang bekerja sama dengan gerakan Make A Change World. Komunitas  yang bergerak pada bidang perairan ini melindungi, membersihkan saluran perairan di Indonesia, khususnya di Pulau Bali. Dalam laman memberikan laporan bahwa komunitas Sungai Watch berhasil mengumpulkan 5,2 ton sampah dari bulan Agustus dan September 2020.

Kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh komunitas ini adalah membersihkan saluran-saluran air yang terdapat di Pulau Bali, dari saluran drainase hingga ke sungai-sungai besar. Pembersihan sungai dari sampah-sampah plastik ini dilakukan setiap hari dan tak lepas dari keterlibatan masyarakat yang ikut dalam membersihkan sungai.

Sampah-sampah tersebut diserok dan dikumpulkan di satu tempat agar lebih udah untuk pengelolaan selanjutnya. Inovasi yang dilakukan oleh Sungai Watch ini adalah membuat penahan sampah plastic dengan tabung-tabung khusus berukulanm kecil yang dirangkai kemudian dibentangkan di sisi vertikal sungai untuk menahan sampah-sampah yang ikut mengalir.

Inovasi lain yang tercipta yaitu "Tukad Mati" yaitu rangkaian drum biru bengkas yang disusun dan dibentangkan melawan arus sungai untuk menahan sampah-sampah yang terbawa aliran sungai.

Konsep pengelolaan sampah yang dilakukan dengan mengumpulkan sampah-sampah tersebut kemudian dipilah kembali. Sampah plastik yang paling mendominasi ini dihancurkan agar dapat diolah dan digunakan kembali.

Apakah ada solusi lain untuk menekan tumpukan sampah yang ada di Bali? Terlebih lagi problematika sampah plastik di Indonesia?

Mengkampanyekan konsep 3R yaitu Reduse, Reuse, dan Recycle dapat menjadi langkah awal kita sebagai masyarakat yang harus peduli dengan alam. Konsep tersebut sudah lama kita kenal namun tidak seluruh orang dapat melakukannya. Selain itu kita lebih speak up terhadap permasalahan lingkungan dengan langkah sederhana yaitu me-repost postingan yang berkaitan dengan berita kondisi alam terkini di media sosial dengan harapan para masyarakat dapat lebih peduli dengan alam dan lingkungan.

Selain tidak membuang sampah secara sembarangan, perlunya menggunakan plastik secara bijak yakni mengurangi sampah plastik seperti tidak menggunakan kresek plastik secara berlebihan, terlebih menggantinya dengan tas atau wadah yang tidak sekali pakai. Mengajarkan kepada orang-orang sekitar terutama para anak-anak yang menjadi penerus bangsa untuk menerapkan rasa cinta dengan alam dan lingkungan.

Kemudian solusi-solusi lain adalah menghimpun para pecinta lingkungan untuk membentuk komunitas-komunitas yang peduli akan alam dan lingkungan. Indonesia membutuhkan orang-orang seperti ini, orang yang bersatu untuk sama-sama melindungi alam agar terminimalisir terjadinya kerusakan.

Pembentukan komunitas dapat dibentuk dengan menghimpun para pemulung-pemulung yang ada di wilayah sekitarnya untuk membentuk sebuah organisasi atau komunitas yang cinta terhadap lingkungan. Selain jasa mereka dalam mengumpulkan dan memilah sampah tidak stagnan begitu saja maka perlunya diadakan pemberdayaan.

Pembentukan komunitas ini dibekali dengan pengetahuan-pengetahuan tentang sampah, cara pengelolaan, hingga daur ulang sampah yang dapat menghasilkan pendapatan yang lebih. Bekerjasama dengan komunitas lain  yang sudah lebih besar agar mendapatkan dukungan yang lebih luas. Komunitas ini pun sebagai  bentuk pemberdayaan para pemulung, selain menjaga dan melindungi alam dengan baik, ekonomi mereka pun terangkat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun