Foto "..Segala yang terjadi dalam hidupku ini adalah sebuah misteri ilahi. Perihnya cobaan hanya ujian kehidupan.."
Ya, ya, ya hendak bernostalgia, salah satu lagu 90-an milik Ari Lasso ini justru terngiang di kepala. Alhasil, tak jadi bernostalgia, musik 90s ini justru membuat pendengar berfikir betapa lirik lagu tersebut sangat related dengan situasi saat ini.
Kok bisa? Coba deh resapi dan rasakan, di awal tahun 2021 ini, di masa pandemi covid-19, musik 90s milik Ari Lasso ini mengingatkan bahwa umat manusia tengah di tempa ujian kehidupan? Ya, siapa sangka perihnya cobaan dan ujian itu, kini sedang melanda warga dunia sejak satu tahun terakhir ini. Hmm, bener-menar misteri ilahi hidup ini.
Eh, tapi bukan musik 90s ini yang akan kita resapi dan maknai. Jadi begini awal mula kisahnya, lima tahun yang lalu tepatnya saat penulis jadi mahasiswa baru nih, ternyata ada salah satu lagu era 90 yang menyadarkan bahwa ia tak hanya sekedar lagu cinta biasa.
Kudet bin kuper, penulis baru paham ternyata pencipta lagu bukanlah orang sembarangan. Hal ini baru diketahui penulis, saat sang musisi kala itu tengah hijrah mengikuti jejak bapaknya sebagi Kiai tersohor.
Nah kan, mulai pahamkan siap yang akan dibahas di sini! Ya, lahir sebagai putra Emha Ainun Najib atau yang akrab disapa Cak Nun, tentu vokalis grup band Letto itu bukan kaleng-kaleng.
Yups, Mas Sabrang atau yang akrab disapa Noe itu, bukan pribadi yang asal-asalan. Sebab, sejak muda saja Mas Sabrang sudah bisa menciptakan lagu yang ternyata oh ternyata memiliki makna begitu intim dan mesra dengan tuhannya.
Tapi, jika didengarkan dari telinga penulis dijaman ke-A-L-A-Y-annya dulu, tentu lagi ini terdengar seperti kisah-kisah romansa pada umumnya.
Tapi, setelah melewati sepak terjang kehidupan bersama badai. Ternyata lagu ciptaan Mas Sabrang begitu bermakna sedalam lautan.
Mulanya sih hanya ilmu cocokologi dan otak atik gatuk penulis saat galau melanda saja. Tapi setelah penasaran lebih jauh, lagu-lagu yang diciptakan putra Cak Nun ini sungguh mendamaikan hati. Terlebih jika di dengarkan usai putus cinta atau ditinggal pas lagi sayang-sayangnya nih, duh adem-adem gimana gitu.
By the way, sudah banyak tafsir sufistik juga loh yang membenarkan bahwa hasil karya Mas Sabrang ini tak main-main. Tak hanya pantas untuk pantas diacungi jempol saja. Lagu yang rilis kisaran tahun 2000-an ini telah membuka mata para tobaters yang sedang menempuh jalan sunyi dan meninggalkan gemerlap dunia yang konon tak permah ada habisnya.
Usut punya usut, grub band yang digawangi Mas Sabarang ini rupanya memiliki visi, misi dan tujuan untuk sungguh mulia, yakni menghadirkan Tuhan sebagai sosok yang dekat dan intim melalui makna tersirat di setiap lirik yang tersurat.
Ya, lagu yang dibawakan grub band Letto ini seolah-olah menggambarkan dengan mesra bahwa sang pencipta sedang berdialog dengan hambanya. Terkhusus untuk mereka yang sedang berada dalam proses mencari Sang Maha Sejati.
Mencari makna di balik lirik non tekstual, kira-kira apa sih makna tersirat dari salah satu lagu milik Letto yang berjudul 'Lubang Dihati', Â Yuk cari maknanya yuk.
Dimulai dari "..Kubuka mata dan kulihat dunia
T'lah kuterima anugerah cintanya.."
Betapa bisa dirasakan, kehadiran Tuhan Semesta Alam dalam lagu ini. Ia telah membersamai dengan hidayah dan berkah saat manusia pertama kali debut ke dunia. Ya, saat membuka mata, lalu menyaksikan dunia, anugrah tersebut telah dibekali Allah untuk si kecil yang baru saja lahir ke dunia.
Lanjut ya, "..Tak pernah aku menyesali yang kupunya.
Tapi kusadari ada lubang dalam hati.."
Nah, dari lirik lagu ini, seorang hamba sepantasnya digambarkan lebih banyak bersyukur dengan apa yang sudah dimiliki.
"..Kucari sesuatu yang mampu mengisi lubang ini.."
Tapi ya kembali lagi, namanya juga manusia, ada aja yang masih kurang dan terus menerus di cari sampe-sampe merasa ada lubang di hati yang harus di isi.
Ya, manusia memang tak lepas dari nafsunya. Selalu dan selalu mengikuti duniawi yang dirasa tidak pernah cukup.
Namun, di lirik selanjutnya seorang hamba yang sadar, akan menemukan jawaban yang di cari itu dari hati, bukan lagi materi dan duniawi.
 "..Kumenanti jawaban apa yang dikatakan oleh hati.."
Nah, iya kan tetap ikuti kata hati ya, kono  katanya kata hati adalah takdirmu. Tapi, sayaratnya hati kita harus bersih dulu ya, my luv. Biar hidayah Allah tak terkontaminasi saat hadir memberkahi hati ku dan hatimu.
Lanjut play ya, "..Apakah itu kamu? Apakah itu dia?
Selama ini kucari tanpa henti. Apakah itu cinta? Apakah itu cita? Yang mampu melengkapi lubang di dalam hati.."
Balik lagi pada proses pencarian nih, pencarian dalam menemukan harta, cinta, sekaligus dunia dan seisinya, nyatanya hal tersebut tak pernah membuat puasa manusia. Tetap saja ada lubang di hati yang belum terisi.
"..Kumengira hanya dialah obatnya. Tapi ku sadari bukan itu yang kucari.."
Lirik ini mengisyaratkan pikiran seorangvhamba yang mengira harta, tahta, wanita, dunia dan seisinya bisa jadi pelengkap lubang di hati, padahal bukan itu yang mendamaikan segalanya.
"..Ku teruskan perjalanan panjang yang begitu melelahkan. Dan kuyakin kau tak ingin aku berhenti.."
Ya, semakin kita mencari dunia, nafsu semakin membuat seseorang tak ingin berhenti. Tapi terkadang Sang Khalik memang menginginkan hal tersebut terjadi. Membuat umat-Nya berkelana dan tersesat. Disitulah Sang Maha Agung ingin memberi tahu bahwa Rabb-Nya lah yang selalu hadir dan mendamaikan jiwa.
Lantas, apa sih isi keseluruhan yang ingin disampaikan Mas Sabrang dalam lagu ini. By the way, ini hanya cocokologi si penulis ya bukan dari tafsir sufistik.Â
Kalau tafsir sufistiknya sih nanti di googling sendiri aja lebih banyak dan lebih luas maknanya.
Jadi nih, kira-kira maksud dan tujuan 'Lubang di Hati' dilahirkan yakni untuk mengajak hamba-Nya lebih bersyukur dan berserah atas segala nikmat yang telah diberikan sang Maha Pengasih dan Penyayang
Jadi begitu my luv cocokologi dari penulis, tapi seluruh lagu Letto memang sudah diakui dan disampaikan Mas Sabrang dalam dakwahnya bahwa lagu-lagu tersebut memang diciptakan untuk makna yang jauh lebih besar dari pada cintanya kepada sesama manusia.
(*)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H