cerita fabel telah dianggap sebagai media paling ampuh untuk mengembangkan imajinasi si kecil. Bahkan, konon katanya dengan cerita fabel, anak-anak akan lebih mudah mempelajari banyak hal sekitar. Alhasil, binatang atau benda disekitar rela dikambing hitamkan si Bunda untuk memberikan umpan pada anaknya. So far is not bad!
Selama berabad-abad lamanya,Namun, sebuah cerita fantasi yang terselip pesan moral itu, kini telah menjilma bak tradisi adat istiadat si bunda untuk si kecil dalam menyambut ritual mimpi di malam hari.
Padahal, cerita fiksi yang menjadi dongeng pengantar tidur ini sebenernya tak hanya dibutuhkan si kecil, lho Bund.
"Lihat lah, anakmu yang sudah mulai tumbuh dewasa ini. Ia lebih sering tak bisa tidur di malam hari karena pikirannya sedang berkecamuk memikirkan banyak hal yang sebenarnya remeh ketika sudah dilewati dan terlihat pelik ketika belum terjadi," keluhku. Â
Tampaknya hal ini tak hanya terjadi pada anakmu yang satu ini saja bund, sejagat manusia yang sedang berada di fase Quarter Life Crisis pasti faham bagaimana isi kepala menjadi sangat bising di malam yang sunyi.
Sementara itu, Â insomnia dan overthingking auto hadir menjilma bak teman bermuka dua. Akunya sih menemani dan memahami, padahal dia cuma membuat tubuh semakin letih dan lesuh.
Eh, eh tapi bukan hanya kalian yang berada di Quarter Life Crisis saja tampaknya. Sepertinya para lansia yang tak bisa tidur gegara diselimuti nyeri sendi setiap malam menyapa atau ia yang sedang menghalu rindu bertemu buah hatinya yang berada di negeri nun jauh di sana juga butuh ditenangkan dengan sebuah dongeng jelang tidur.
Entah dengan cerita fiksi atau hanya basa basi, kedua jenis umat manusia ini tampaknya lebih memerlukan dongeng untuk mendamaikan tidur malamnya yang sering kali tak beraturan. Ya, bukan hanya si kecil, aku, kamu, kita, dia dan juga mereka yang resah dan lelah dengan dunia yang makin hari makin bercanda ini sangat memerlukan kedamaian malam untuk mengusir bising di kepala.
Sini, sini.. mendekatlah ku bagi cerita penghantar tidur agar malammu sedikit hangat. Harusnya sih kisah klasik ini engkau dengarkan bukan malah dibaca, hehe.
Tapi tak mengapa ini adalah jalan alternatif. Katanya sih semakin kesal kinerja mata juga bisa membuatmu tertidur, kok!
So, dongeng di awal tahun 2021 ini untukmu, sobat insomnia dan senior di usia senja. Kalian yang 18 plus yuk merapat, by the way si baby minggir dulu ya.
Awal kisah, cerita fabel ini di mulai dari Semut kembar bernama Sinju dan Sinje.
Ah, entahlah cerita ini tampaknya terlalu klise untuk dibaca. Tapi, namanya usaha gak ada salahnnya dong. Apalagi usaha untuk mendamaikan malammu yang pelik akibat imajinasimu yang acap kali terberaberai dan nekat mengacak-acak kedamaianmu belakangan ini.
Jadi begini ceritanya, si semut Sinju dan Sinje rupanya ingin mengajukan resign dari profesinya sebagai tukang bangunan.
Singkat cerita di pagi hari, keduanya langsung menemui sang mandor setelah memikirkan salah satu pilihan hidupnya itu.
"Selamat pagi tuan, bolehkan kita (Sinju dan Sinje) bicara sebentar," ucap Sinju pada mandornya.
"Dengan senang hati," tutur sang mandor.
Akhirnya, Sinju dan Sinje segera mengutsrakan keinginannya untuk berhenti bekerja.
Bukan karena bisan dan ingin mencati pengalman baru, melainkan usianya yang sudah senja. Mengaku tenaganya dan daya tahan tubuhnya tak setangguh dan sekuat dulun Sinju dan Sinje mengaku beristirahat menikmati sisa umurnya.
Sayang seribu sayang, Sinju dan Sinje yang diakui mandornya memiliki tenaga yang cukup memumpuni tak lantas menyetujui rencana tersebut.
Sebut rencana pembangunan yang telah di setuju sang mandor cukup banyak yang belum terselesaikan, ia  meminta Sinju dan Sinje bekerja secara terpisah agar  beberapa proyeknya terselesaikan.
"Maafkan kami tuan, saya tidak sanggup lagi pula ini sudah bukan tanggung jawab kami, tanggung jawab kami adalah kesehatan kami," cletuk Sinje.
"Benar, kami ingin beristirahat dan menikmati banyak hal yang telah terlewatkan bersama keluarga kami," imbuh Sinju.
Dengan sedikit memaksa dan memohon, sang mandor masih berusaha untuk menahan keduanya resign.
"Saya berjanji ini proyek terakhir untuk kalian. Saya akan memberi imbalan dua kali lipat dari biasanya dalam projek terakhir kalian," ujar sang mandor.
"Tapi tuan, kami sungguh sudah lelah dalam bekerja, bukan lagi uang yang kami cari melainkan kedamaian dalam hidup," jelas Sinje.
"Benar tua , saya sudah tak memiliki banyak tenanga untuk projek baru," tutur Sinju menambahkan.
"Sungguh, ini yang terakhir. Karena hanya kalian yang mampu dan bisa saya percaya untuk mengemban dua projek ini," ujar sang mandor.
"Puluhan tahun bekerja dengan kalian, saya tidak pernah mendapat hasil yang mengecewakan, tolong ini yang terakhir," imbuhnya.
Dengan berat hati, Sinju dan Sinje akhirnya menerima tawaran tersebut.
"Terimakasih, saya serahkan sepenuhnya pada kalian cari apapun kebutuhan projek ini dan berilah yang terbaik," tegas sang mandor.
"Belilah apapun yang kalian butuhkan dan buatkan hasil terbaik di proyek ini ya agar klien tak kecewa. Saya sangat mempercayai kalian," imbuh mandor lebih tegas.
Sinje yang merasa terbebani dengan tanggung jawab ini langsung melahirkan kesahnya dibalik langkah kakinya yang beranjak pergi untuk berpaling.
Sementara, Sinju hanya terdiam dan melangkah pergi dan tak banyak memberikan merespon.
Tanpa keluh kesah, Sinju segera menuntaskan bertanggung jawab dan pekerjaanya agar lekas terselesaikan.
Bekerja seperti biasa, Sinju meminta rekannya yang bertugas penyedia barang untuk membelikan bahan-bahan yang berkualitas dan terjamin bagus.
Berbanding terbalik dengan Sinje yang menjadi leader pada proyek yang diamanahkan padanya, dengan hati yang masih jengkel dan kesal, ia memilih untuk bekerja sesuka hatinya tanpa mempedukikan akan seperti apa hasil kerja keras terakhirnya ini.
Di benak Sinje, ia hanya ingin tugasnya selesai dan menikmati hidup bersama anak istrinya.
Alhasil, lima bulan berlalu proyek yang di pegang Sinju dan Sinje telah berhasil diselesaikan. Sebuah rumah megah berdiri kokoh dan bergegas memberikan kunci rumah tersebut pada sang mandor.
"Sudah kami selesaikan tuan, mohon tepatilah janjimu untuk kami," ucap Sinje dan Sinju.
Tak lupa mengucapkan terima kasih, sang mandor justru menolak saat kunci rumah tersebut di serahkan padanya.
"Tidak, ini hadiah dari saya untuk kalian yang sudah bekerja puluhan tahun dengan saya. Terimalah rumah ini sebagai apresiasi bahwa kalian sudah memberikan yang terbaik untuk saya."
Terpaku, Sinju dan Sinje hanya bisa diam mendengar ucapan tersebut.
"Baiklah ini janji saya yang akan membayar kalian dua kali lipat dari biasanya dan saya ikhlas melepas dua karyawan terbaik saya, yaitu kalian Sinju dan Sinje."
"Semoga kalian tetap sehat dan selalu bahagia bersama keluarga kalian," pungkas sang mandor.
Nah, apa yang bisa di petik dari si semut kembar Sinju dan Sinje? Berhubung cerita fabel ini diperuntukan bagi kalian 18+ tentu penulis tak perlu menjelaskan pesan moralnya, hehe. Sebab pembaca Kompasiana merupakan smart people yang jauh lebih kritis dibanding penulis.
Maybe, ini terlalu klise dan sudah banyak cerita serupa, tapi tak mengapa memang itu tujuan penulis. Dengan cerita ringan semoga bising di kepalamu sedikit teralihkan. Terimakasih, my luv telah bersedia membaca. (*)
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI