“Hm? Maaf? Buat apa? Ini teh buatku? Masih panas, berarti yang naruh masih di sekitar sini.” Aku bergegas meninggalkan kelas sambil membawa teh dan catatan kecil itu. Kulihat sekeliling, masih ada beberapa orang di dalam gedung ini. Ada sekelompok orang yang duduk lesehan di depan kelas sambil membicarakan sesuatu. Ada juga yang sedang berpacaran di pinggir jendela.
“Pasti yang naruh masih disini, tapi kok nggak ada yang kukenal ya.” Aku melihat sekeliling dengan putus asa.
“Ya sudah, diminum aja daripada mubazir.” Kataku penuh syukur sambil mencoba untuk mencari tempat duduk.
Pandanganku secara tidak sengaja tertuju pada sosok yang baru saja keluar dari gedung tempatku berada. Yang terlihat hanya punggung dan tangannya yang dimasukkan di kedua saku celananya. Sosok itu kemudian berbelok ke kanan hingga aku bisa melihat wajahnya dari samping.
“Dhani Kusuma?”
“Tumben jam segini masih di kampus.” Kataku santai kemudian berhasil menemukan tempat duduk. Kuminum teh pemberian entah-siapa-orangnya ini dengan nikmat.
“Entah siapa yang memberi teh ini, aku sangat bersyukur. Terima kasih.” Kemudian aku bergegas pulang karena hari sudah semakin sore.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H