Mohon tunggu...
Novi D. Hapsari
Novi D. Hapsari Mohon Tunggu... Mahasiswa -

Amateur Film Maker and Writer. Educational Technology'14 of State University of Malang. "Karena usaha serta kerja keraslah yang akan menang saat keajaiban itu tidak ada."

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Li Jun dan Seutas Benang Merah

11 April 2016   15:37 Diperbarui: 11 April 2016   20:18 144
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hari pernikahan Li Jun pun tiba. Teman-temannya seperti Liu Wei dan Wang Hao juga turut datang pada pernikahannya.

“Kudengar, kamu dijodohkan oleh orang tuamu?” Tanya Wang Hao penasaran.

“Hei, bagaimana bisa kau bertanya seperti itu?!” Bentak Liu Wei sambil memandang tajam Wang Hao. Takut kalau Li Jun akan tersakiti mendengar pertanyaan Wang Hao.

“Tidak apa-apa, Liu Wei. Aku memang dijodohkan. Tapi aku bisa menerimanya. Aku percaya pada orang tuaku.” Jawab Li Jun tenang sambil memancarkan senyumnya.

“Tapi bagaimana jika dia jelek? Kamu kan belum tahu wajahnya? Bukannya dulu kamu sangat membenci perempuan berwajah jelek?” Tanya Wang Hao lagi.

Kali ini, Liu Wei sudah bersiap-siap untuk memukul kepala Wang Hao.

Saat itu juga, Li Jun langsung menjawab sekaligus mencegah Liu Wei untuk memukul kepala Wang Hao.

“Aku percaya kedua orang tuaku. Kalau memang dia jelek, itu sudah jadi karmaku karena dulu sangat membenci perempuan yang aku rasa jelek.” Saat itu juga, kedua teman Li Jun langsung diam dan menampakkan senyum canggung.

“Dia sudah dewasa.” Pikir kedua teman Li Jun itu.

Beberapa saat setelah pernikahan, Li Jun dan istrinya berada di dalam kamar. Akhirnya saat itu juga, Li Jun akan mengetahui bagaimana wajah istrinya yang selama pernikahan tadi selalu ditutup dengan kain berwarna merah. Li Jun dengan izin dari istrinya, membuka penutup wajahnya itu. Seketika, Li Jun langsung terpukau mendapati istrinya ternyata memiliki wajah yang cantik.

“Bagaimana bisa aku menikahi wanita secantik ini.” Kata Li Jun yang masih menatap wajah istrinya. Dia memperhatikan dahi istrinya yang menunjukkan bekas luka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun