"Hidup harus selalu dipenuhi rasa syukur, bersyukurlah mulai dari hal-hal yang paling kecil dalam hidup."
Siapa yang tak pernah mendengar kalimat tersebut? Kalimat bernada persuasif yang kerap muncul di saat kita mengeluh atas berbagai kesulitan hidup yang kita rasakan.
Ajaibnya, kalimat tersebut tak hanya terlontar dari mulut lawan bicara kita, melainkan dapat muncul tiba-tiba dalam benak kita saat kita menyadari lebih baik bersyukur daripada mengeluh.
Mengeluh adalah salah satu sifat yang manusiawi dan wajar dilakukan. Sifat ini tak dapat dihilangkan sepenuhnya dari kehidupan kita sebagai manusia biasa. Namun, setiap manusia selalu berusaha menahan diri untuk mengeluh.
Selain tidak enak didengar, kalimat-kalimat keluhan yang terlontar hanya akan membuat kita dipandang sebelah mata oleh orang lain yang mendengarnya. Dianggap sebagai tukang mengeluh, tidak bersemangat hidup dan tidak pandai bersyukur.
Untuk mengatasi hal itu, kebanyakan dari kita memilih untuk mengeluh di dalam hati saja, serta mengeluh di hadapan Yang Maha Kuasa.Â
Tapi lucunya, sebagian orang kerap menjadikan media sosial sebagai tempatnya berkeluh kesah, menuliskan berbagai macam kalimat keluhan tentang berbagai kesulitan hidup yang sedang dirasakannya.
Pernah suatu ketika saya membaca tanggapan dari seorang teman pada kolom komentar status teman saya yang lain. Begini katanya, "Ngeluh mulu hidup lo?!"
Sebab, status tersebut memang berisi kalimat yang terkesan mengeluh, dan status semacam itu tak hanya sekali dua kali ditulis oleh teman kami, melainkan sudah sangat sering.
Bahkan setelah dikomentari begitu, dia tetap saja menuliskan status tentang keluh kesahnya atas kesulitan hidup yang dirasakannya. Saya pun berpositif thinking, mungkin dia ngga punya buku diary, makanya curhat di sosmed.