Mohon tunggu...
Novia Respati
Novia Respati Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wirausaha

Senang menulis dan memasak 😊

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Bersyukur Itu Wajib, tapi Mengeluh Juga Perlu

27 Juli 2024   15:33 Diperbarui: 28 Juli 2024   07:19 245
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Mengeluh, kesal. (Sumber: wrangel via kompas.com)

"Hidup harus selalu dipenuhi rasa syukur, bersyukurlah mulai dari hal-hal yang paling kecil dalam hidup."

Siapa yang tak pernah mendengar kalimat tersebut? Kalimat bernada persuasif yang kerap muncul di saat kita mengeluh atas berbagai kesulitan hidup yang kita rasakan.

Ajaibnya, kalimat tersebut tak hanya terlontar dari mulut lawan bicara kita, melainkan dapat muncul tiba-tiba dalam benak kita saat kita menyadari lebih baik bersyukur daripada mengeluh.

Mengeluh adalah salah satu sifat yang manusiawi dan wajar dilakukan. Sifat ini tak dapat dihilangkan sepenuhnya dari kehidupan kita sebagai manusia biasa. Namun, setiap manusia selalu berusaha menahan diri untuk mengeluh.

Selain tidak enak didengar, kalimat-kalimat keluhan yang terlontar hanya akan membuat kita dipandang sebelah mata oleh orang lain yang mendengarnya. Dianggap sebagai tukang mengeluh, tidak bersemangat hidup dan tidak pandai bersyukur.

Untuk mengatasi hal itu, kebanyakan dari kita memilih untuk mengeluh di dalam hati saja, serta mengeluh di hadapan Yang Maha Kuasa. 

Tapi lucunya, sebagian orang kerap menjadikan media sosial sebagai tempatnya berkeluh kesah, menuliskan berbagai macam kalimat keluhan tentang berbagai kesulitan hidup yang sedang dirasakannya.

Pernah suatu ketika saya membaca tanggapan dari seorang teman pada kolom komentar status teman saya yang lain. Begini katanya, "Ngeluh mulu hidup lo?!"

Sebab, status tersebut memang berisi kalimat yang terkesan mengeluh, dan status semacam itu tak hanya sekali dua kali ditulis oleh teman kami, melainkan sudah sangat sering.

Bahkan setelah dikomentari begitu, dia tetap saja menuliskan status tentang keluh kesahnya atas kesulitan hidup yang dirasakannya. Saya pun berpositif thinking, mungkin dia ngga punya buku diary, makanya curhat di sosmed.

Mengeluh akan menjadi hal yang negatif jika salah penempatannya. Terlalu sering mengeluhkan beban hidup dan menumpahkannya di media atau khalayak ramai, jelas merupakan hal yang salah.

Padahal, jika ditempatkan dengan benar, mengeluh ternyata memiliki manfaat tersendiri. Melontarkan keluh kesah di hadapan orang terdekat atau orang yang kita percaya, artinya keluhan itu tidak tertahan di dalam hati saja. Maka, pada saat itulah beban emosional akan terasa berkurang.

Dengan mengeluh di hadapan orang yang tepat, kita juga bisa mendapatkan motivasi dan dukungan darinya. Bahkan mungkin, si pendengar bisa membantu kita untuk menemukan solusi yang tidak terpikirkan sebelumnya.

Mengeluh juga dapat mengurangi risiko stres berkepanjangan. Dan secara tidak langsung, mengeluh adalah bentuk pengakuan bahwa ada banyak hal yang tidak mudah, namun harus tetap dilalui dalam hidup ini.

Hingga pada akhirnya mengeluh menjadi sebuah pengingat bahwa di sisi lain, Tuhan telah memberikan banyak nikmat kepada kita. Termasuk nikmat kekuatan dan kesempatan untuk kita di saat harus menghadapi segala kesulitan dalam hidup.

Semoga untuk ke depannya, kita semua lebih dapat menempatkan mengeluh pada batasan yang benar dan wajar. 

Jangan sering-sering mengeluh, tapi mengeluhlah sesekali saat kita sudah berada di titik tidak mampu memendam keluh kesah itu sendiri, sehingga perlu untuk mengeluhkannya di hadapan orang terdekat kita atau orang yang kita percayakan.

Jika kita sudah berhasil menempatkan sikap mengeluh dengan benar, maka pada saat itulah kita akan memperoleh manfaat yang sesungguhnya dari mengeluh.(*)

Referensi: rri.co.id

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun