"Sampai kapan kita begini terus, Mas?" tanya Viona dari balik tubuh kekasihnya. Gadis itu masih melingkarkan kedua tangannya di pinggang Satrio, memeluknya dari belakang.
"Jalanin aja Vi, atau... kamu mau kita udahan?"
"Ngga! Aku cuma sedih harus ngumpet-ngumpet gini ketemu kamu."
Satrio memutar tubuhnya, lelaki itu menyentuh lembut pipi Viona. Sorot matanya terasa dalam memandang wajah gadis yang telah memberi warna baru dalam hidupnya.
Sebuah kecupan manis mendarat di dahi Viona, untuk ke sekian kalinya Satrio membuat gadis itu merasa berarti. Kehadiran Satrio telah menghapus cerita cinta menyakitkan yang dulu pernah dialami Viona.
Viona tak ingat lagi pada cintanya yang bertepuk sebelah tangan, kini ada Satrio yang selalu menyayangi dan memberinya perhatian. Viona sangat bahagia bersama Satrio, seolah ia telah menemukan cinta yang didambakannya selama ini.
"Makan yuk, aku siapin." ucap Tiara sesaat setelah menyambut kepulangan suaminya malam itu di balik pintu.
"Aku udah makan. Mau istirahat, capek banget."
Tiara memandang punggung suaminya yang kian menjauh. Wanita itu merasa ada sesuatu yang mengganjal di hatinya. Ia pun memutuskan untuk mencari tahu apa yang tengah terjadi pada suaminya.
Satrio telah tertidur pulas, dan Tiara memanfaatkan kesempatan itu untuk mencari tahu lewat ponsel Satrio. Sudah setengah jam wanita itu membuka isi ponsel suaminya, tapi ia tak menemukan bukti apapun. Meski begitu, hatinya masih diliputi oleh rasa gelisah.
Dan karena itulah Tiara tidak berhenti sampai di situ, ia terus mencari dan mencari hingga akhirnya pada suatu hari ia menemukan satu pesan yang belum sempat dihapus oleh Satrio.
"Siapa Viona?"
"Teman!"
"Yakin cuma teman?"
Kali ini Satrio tak menjawab. Ia justru beranjak pergi, meninggalkan Tiara yang masih berkutat sendiri dengan emosi dan segala pertanyaan di benaknya.
Lantas di bawah pekatnya langit malam itu, Satrio menghubungi Viona yang sudah menunggu teleponnya sejak tadi.
"Aku lupa hapus sms dari kamu Vi. Kebaca sama istri aku."
"Sms yang mana? Terus gimana sekarang?"
"Sms yang terakhir tadi sore. Aku males ribut, aku ke luar aja biar bisa telepon kamu. Besok ketemu bisa ngga?"
"Besok? Boleh, kita makan siang bareng ya!"
Namun keesokan harinya, yang terjadi justru di luar ekspektasi Viona. Makan siang indah yang dibayangkannya berubah menjadi tangisan. Sebab saat itulah Satrio memutuskan hubungan mereka. Hubungan terlarang yang telah terjalin selama tiga tahun.
"Kamu bilang kamu sayang aku, Mas. Berarti kamu bohong! Selama ini kamu cuma main-main sama aku?"
"Aku ngga bohong Vi, aku memang sayang sama kamu. Tapi aku ngga bisa lanjutin hubungan kita. Aku ngga mau kehilangan keluarga aku. Semalem aku udah menghindar, tapi akhirnya aku tetap ribut besar."
"Oke! Makasih buat semuanya!" dengan berderai air mata, Viona pergi lebih dulu meninggalkan restoran itu.
Tapi ia tak kembali ke kantornya, bahkan ia tak pernah kembali lagi ke rumah. Karena seseorang telah merusak sistem kendali pada mobil Viona. Hari itu menjadi hari terakhirnya di dunia, Viona pergi selamanya, membawa sakit hati dan sisa cintanya yang teramat dalam kepada Satrio.
Dan Tiara berhasil mempertahankan keutuhan rumah tangganya, meski dengan cara yang jahat.(*)
Baca juga: Kasih Berselimut Dusta (2)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H