Mohon tunggu...
Novia Respati
Novia Respati Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wirausaha

Senang menulis dan memasak 😊

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen: Sudah Pasti Jodoh

26 Mei 2024   18:10 Diperbarui: 26 Mei 2024   18:10 211
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bel tanda pulang sekolah dibunyikan. Gadis dengan perawakan tinggi langsing itu mengibaskan rambut panjangnya. Sebelah tangannya merogoh ke dalam saku kemeja putihnya. Sebuah karet berwarna biru tengah diraih dari dalam sana.

Lia namanya, ia tampak merapikan seluruh bagian rambutnya dan menguncirnya dengan gaya ekor kuda. Teriknya siang hari ini telah membuat bagian punggung kemeja putih Lia basah oleh keringatnya.

Meski begitu Lia masih bersemangat merayakan kelulusannya bersama teman-teman sekelasnya di halaman belakang sekolah. Terlebih lagi, Lia berhasil lulus dengan nilai yang sangat memuaskan. Tak heran jika ia begitu antusias dan larut dalam perayaan ini.

"Barang bukti sudah jelas, ayo Bu!" perintah seorang lelaki berkemeja putih yang tampak memaksa mama Lia untuk segera melangkah.

Sedangkan wanita empat puluh tahunan itu bersikeras mengatakan bahwa dirinya tak bersalah. Terlihat mobil polisi dan dua mobil lainnya terparkir asal di halaman rumah Lia.

"Pak, mama saya kenapa?"

"Bu Intan terbukti melakukan tindak pidana korupsi. Kami dari KPK, harus membawa Bu Intan untuk menjelaskan perkara ini."

"Ngga Li, mama ngga bersalah!"

"Tapi ini buktinya Bu!" seorang petugas yang terlibat dalam operasi tangkap tangan itu, menunjukkan sebuah koper besar berisi penuh uang tunai.

"Semua berlian ini juga termasuk barang bukti." ucap petugas lain menambahkan.

"Bukan Lia, semua itu bukan punya mama! Tolong mama, Lia..!"

"MAMAA....!!!"

"Heh! Apaan sih Li? Pulang sekolah bukannya ganti baju dulu, malah tidur di sini."

"Mama ngga kenapa-napa Ma?"

"Kenapa? Kamu ngigo apa sore-sore?"

"Mama ditangkep KPK."

"Urusan apa KPK nangkep mama? Korupsi uang belanja dari papa?!"

Lia menghela nafas, tentu ia merasa lega karena adegan tadi hanya terjadi dalam mimpinya. ~

Satu tahun telah berlalu sejak hari kelulusan Lia. Hari ini ada jadwal mata kuliah pengantar ilmu gaib, yang selama ini dosennya tak pernah kelihatan hadir mengajar di kelas. Atau sebenarnya.. beliau hadir namun tanpa wujud nyata? Entahlah, yang pasti hari ini beliau akan menampakkan wujudnya di hadapan para mahasiswa.

Lia membelalakkan matanya saat lelaki itu muncul di depan kelas dan memperkenalkan dirinya dengan ramah. Lelaki yang mengatakan dirinya sebagai dosen pengantar ilmu gaib itu tampak masih berusia tiga puluh tahunan. Bahkan terlihat cukup good looking.

"Itu kan.. Itu cowok yang...." Lia malah bergumam sendiri.

"Hai cantik! Kamu melamun? Ini masih siang, jangan melamun!"

"Eh? Ngga Pak.. hehe."

Tak ada yang pernah menduga, bahwa pertemuan pertama itu meninggalkan kesan yang mendalam bagi Aryo sang dosen. Lelaki itu jatuh cinta pada pandangan pertama.

Tapi sejak hari itu, Lia selalu menahan tawa tiap kali bertemu dengan Aryo di kampus. Aryo yang merasakan gelagat aneh gadis itu, lantas mengajaknya untuk makan siang bersama.

"Kamu kenapa Li, ada yang aneh sama saya? Saya lucu ya?"

"Hahaha, bukan Pak." sejenak Lia menghentikan suapan ke mulutnya. "Jauh sebelum kita ketemu di kampus, saya pernah lihat Pak Aryo."

"Lihat saya di mana Li?"

"Pak Aryo itu.. adalah petugas KPK yang nangkep mama saya, tapi dalam mimpi sih.."

"Hahaha, masa sih Li? Jangan-jangan kita jodoh!"

Lia tersedak oleh suapan terakhirnya. Gadis itu tak berhenti terbatuk-batuk hingga matanya berair. Telinganya alergi mendengar kata "jodoh". Aryo pun sigap menyodorkan segelas teh kepada Lia.

"Maaf Li, maaf ya.. Tapi saya serius lho! Kamu mau ngga ....."

"Stop! Nanti aja ya Pak ngomongnya."

Lelaki itu hanya dapat mengangguk, menatap tak bersemangat kepada Lia. Tapi gadis itu, tak kan pernah bisa menghindar. Karena berlari ke manapun, takdirnya akan tetap sama. Aryo memang sudah digariskan untuk menjadi jodohnya. Jodoh yang dikirim semesta dari surga.(*)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun