Mohon tunggu...
Novia Respati
Novia Respati Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wirausaha

Senang menulis dan memasak 😊

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerpen: Cinta yang Dibawa Mati

14 Maret 2024   07:25 Diperbarui: 14 Maret 2024   07:39 235
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar : https://www.pexels.com/id-id/foto/fotografi-grayscale-jembatan-kayu-3010385/

Seketika Tanti berteriak, menemukan sesosok gadis cantik duduk di tepian bak dalam kamar mandi rumahnya. Dengan santainya gadis itu bersedekap dada, menyeringai ke arah Tanti. Bukan main terkejutnya Tanti sampai ia spontan berteriak.

"Aaaaa...!!!! Siapa? Siapa kamu?"

Gadis itu pun bangkit dari duduknya dan mulai mendekat pada Tanti, "Hahaha... Ternyata benar kata Suhu, kamu bisa lihat aku."

"Apa..? Kamu siapa? Kenapa kamu bisa di dalam sini?"

"Kenalin, aku Eva. Aku udah mati." bisiknya.

Tanti membulatkan kedua matanya dan mulai melangkah mundur hingga akhirnya ia keluar dari kamar mandi dan lari terbirit-birit menuju pintu rumah untuk melarikan diri.

Eva menghela nafas dan mulai beranjak. Dalam sekejap gadis itu sudah ada di hadapan Tanti yang sedang berusaha membuka kunci rumahnya.

"Aku bukan orang jahat, Tanti. Dengar aku dulu! Kamu ngga perlu takut, aku ngga akan celakai kamu."

Mendengar namanya disebut, Tanti menghentikan tangannya memutar kunci. "Kamu tau nama aku?"

Eva melengos santai, telunjuknya menunjuk sebuah foto dalam pigura di atas meja. "Angga! Pasti kamu senang bisa nikah sama dia."

"Keluar dari sini! Keluar..!!!" Tanti hampir gila dibuatnya, sementara Eva justru tertawa kemudian duduk di sofa.

Terdengar pagar dibuka di luar sana, Tanti bergegas membuka pintu dan menghampiri suaminya yang baru saja tiba. Ia pun menarik lengan lelaki itu untuk secepatnya masuk.

"Usir dia, Mas! Usir..!!!" sambil menunjuk ke arah Eva.

"Oh my God... Angga!" ucap Eva memandang kagum kepada Angga yang dirindukannya.

"Usir? Usir apa, Ti..? Kamu demam ya?" Angga meletakkan telapak tangannya pada dahi Tanti.

"Aku udah bilang, cuma kamu yang bisa lihat aku." ucap Eva santai. "Cuma kamu yang bisa dengar aku."

"Aaaaa...!!!" itulah teriakan terakhir Tanti sebelum akhirnya jatuh pingsan.

Eva tercengang melihat wanita itu tak sadarkan diri akibat ulahnya. Bukannya pergi, ia malah ikut menunggui Tanti di samping ranjang. Hingga akhirnya Tanti sadarkan diri, di saat suaminya sedang berada di luar kamar.

Lagi-lagi Eva membuatnya terkejut. Namun Eva memohon pada Tanti untuk tidak berteriak lagi.

"Sstt... Pliiss, jangan teriak lagi! Aku di sini karena Angga."

"Angga? Memang apa hubungan kamu sama Angga?"

"Aku pernah dekat sama dia. Tapi, belum pacaran sih. Cuma, aku memang suka sama dia. Sukaaa banget... Waktu itu aku dengar dia mau nikah. Malamnya, aku samperin dia ke kantor. Niatnya mau bilang kalau aku suka sama dia. Ternyata, dia udah di parkiran mau pulang. Aku panggil dari seberang jalan, dia nengok dan bales ngelambai tangan. Tapi, aku malah ditabrak mobil dan.... meninggal di tempat."

"Jadi, kamu beneran udah mati?"

"Hmm... Maaf ya, udah bikin kamu kaget sampai pingsan gini."

"Tapi... kenapa aku bisa lihat kamu?"

"Entahlah!" jawab Eva sambil menaikkan bahu. "Yang jelas, aku ngga akan melewatkan kesempatan ini."

Tanti meminta agar Eva tidak mengganggu mereka. Tapi ternyata, Tanti juga tidak tega menolak permintaan Eva untuk meminjam tubuhnya sebentar saja. Eva ingin berbicara langsung pada Angga tentang apa yang ingin disampaikannya. Sekaligus ingin mendengar tanggapan lelaki itu.

Hari ini kondisi Tanti masih lemah, Eva juga tak ingin memperburuk keadaan. Ia memutuskan kembali dua hari lagi.

Akhirnya hari yang dinanti Eva telah tiba, Tanti sudah sepakat untuk tidur lebih awal sebelum Angga pulang kerja. Agar Eva dapat masuk ke dalam tubuh Tanti dan menyambut kedatangan Angga.

Dengan wajah Tanti, Eva tak berkedip memandangi wajah Angga yang kini sedang menikmati makan malamnya.

"Kamu kenapa senyam-senyum terus ngelihatin aku? Ngga makan?"

Wanita itu menggeleng lalu bertanya, "Oh iya, kenapa kamu ngga pernah cerita sama aku soal Eva?"

Angga tersentak dan meletakkan gelasnya. "Kamu tau dari mana?"

"Hmm... dia dateng ke mimpi aku."

"Yang benar? Aku ngga percaya."

"Eva udah meninggal kan? Sebenarnya waktu dia kecelakaan, malam itu dia mau bilang sama kamu kalau... kalau dia suka sama kamu."

"Ti, kamu tau dari mana? Jawab yang jujur! Aku ngga pernah bilang ke siapapun soal kedekatan aku sama dia. Aku juga belum sempat kenalin dia ke orang rumah."

"Benar, aku mimpiin dia. Terserah kamu sih, mau percaya atau ngga. Tapi... kenapa dulu kamu ngga pacaran sama dia?"

"Sebetulnya aku tau kalau Eva suka sama aku. Tapi aku pura-pura ngga tau. Aku cuma bisa anggap dia sebagai adik."

Mata itu berkaca-kaca mendengar penuturan Angga. Mata Tanti yang terdapat Eva di dalam tubuhnya.

"Jadi, sejak kapan kamu tau Eva suka sama kamu?"

"Ya sejak dia semakin perhatian ke aku, tapi.... jujur aku sedih banget waktu Eva meninggal. Waktu aku cuti tiga hari dan ngga mau diganggu, sebetulnya aku masih trauma. Eva ditabrak di depan mata aku."

Kini semua pertanyaan Eva sudah terjawab, meskipun jawaban itu telah membuatnya sedih dan kecewa. Ia pun menepati janjinya pada Tanti untuk pergi dan tidak lagi mengganggu mereka yang masih hidup. Begitu pun Tanti, ia telah setuju pada permintaan Eva untuk jangan pernah menyakiti perasaan Angga.***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun