Angga tersentak dan meletakkan gelasnya. "Kamu tau dari mana?"
"Hmm... dia dateng ke mimpi aku."
"Yang benar? Aku ngga percaya."
"Eva udah meninggal kan? Sebenarnya waktu dia kecelakaan, malam itu dia mau bilang sama kamu kalau... kalau dia suka sama kamu."
"Ti, kamu tau dari mana? Jawab yang jujur! Aku ngga pernah bilang ke siapapun soal kedekatan aku sama dia. Aku juga belum sempat kenalin dia ke orang rumah."
"Benar, aku mimpiin dia. Terserah kamu sih, mau percaya atau ngga. Tapi... kenapa dulu kamu ngga pacaran sama dia?"
"Sebetulnya aku tau kalau Eva suka sama aku. Tapi aku pura-pura ngga tau. Aku cuma bisa anggap dia sebagai adik."
Mata itu berkaca-kaca mendengar penuturan Angga. Mata Tanti yang terdapat Eva di dalam tubuhnya.
"Jadi, sejak kapan kamu tau Eva suka sama kamu?"
"Ya sejak dia semakin perhatian ke aku, tapi.... jujur aku sedih banget waktu Eva meninggal. Waktu aku cuti tiga hari dan ngga mau diganggu, sebetulnya aku masih trauma. Eva ditabrak di depan mata aku."
Kini semua pertanyaan Eva sudah terjawab, meskipun jawaban itu telah membuatnya sedih dan kecewa. Ia pun menepati janjinya pada Tanti untuk pergi dan tidak lagi mengganggu mereka yang masih hidup. Begitu pun Tanti, ia telah setuju pada permintaan Eva untuk jangan pernah menyakiti perasaan Angga.***