"Tolong antar Tasya pulang ya! Sudah kemaleman, kasihan kalau naik taksi."
Rudi dan Tasya, keduanya sama-sama terkejut. Tasya berusaha menolak, tapi akhirnya justru Rudi yang terlihat sangat bersedia mengantar Tasya pulang.
Dalam perjalanan, keduanya sempat saling terdiam, hingga Rudi memberanikan diri membuka mulut lebih dulu. Namun Tasya hanya menanggapi seperlunya saja setiap ucapan lelaki itu.Â
Bagi Tasya, situasi ini sungguh menyesakkan. Dimana dulu ia pernah berkhayal untuk dapat menyusuri jalanan kota di malam hari yang tampak mempesona, bersama lelaki itu. Lelaki yang kini duduk di sampingnya, namun tak kan pernah sanggup diraihnya.
"Maafin aku Sya." ucap Rudi ketika mereka telah sampai di depan pagar rumah Tasya.
"Maaf? Memang kamu salah apa?"
"Udah menjauh dari kamu. Tapi aku sama sekali ngga bermaksud......."
"Cukup! Ngga perlu dilanjutin. Makasih udah anter saya."
Tasya beranjak turun dari kendaraan yang mengantarnya pulang. Wanita itu menangis dalam langkahnya menuju ke dalam rumah. Terlalu menyakitkan jika mengingat Rudi yang pernah meninggalkannya begitu saja bagai habis manis sepah dibuang.***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H